Webinar STPI: Skrining TBC dengan AI, Emang Bisa?
Sobat STPI pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “AI”. Artificial Intelligence atau AI merupakan kecerdasan buatan yang dapat membantu aktivitas manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari ataupun acara tertentu, tak terkecuali dalam dunia medis. Dalam dunia TBC juga sama, saat ini AI sudah dikembangkan dalam hal skrining TBC dan sangat membantu dalam penemuan kasus bergejala TBC di masyarakat.
Melihat perkembangan AI, Yayasan Kemitraan Strategis Tuberkulosis Indonesia atau Stop TB Partnership Indonesia (STPI) mengadakan webinar bertajuk “Skrining TBC dengan AI, emang bisa?” pada Selasa, 27 Februari 2024 secara Hybrid yang bisa ditonton ulang di YouTube STPI atau disini. Dalam kegiatan tersebut dipaparkan terkait praktik baik penggunaan AI pada penemuan kasus TBC di level masyarakat. Secara teknisnya, skrining TBC dengan AI mirip Chest X-Ray pada umumnya, menggunakan mesin rontgen dan device PC. Namun, yang membedakan adalah AI akan langsung membaca hasil rontgen tersebut dan mengklasifikasikan menjadi normal atau abnormal sehingga akan lebih cepat dalam pengerjaan hasilnya yang tentu harus ditindaklanjuti oleh dokter.
“Enhance Case Finding merupakan metode yang digunakan untuk menemukan kasus TBC di masyarakat, cakupannya lebih luas, namun masih ada gap dalam hal penggunaan skrining TBC. Para kader secara manual menggunakan form skrining saja sehingga mungkin perlu ditingkatkan penemuan kasusnya dengan bantuan AI agar lebih cepat” ujar Barry Aditya selaku National Program Manager PR Konsorsium Penabulu STPI. Nurul Luntungan selaku Ketua Yayasan STPI juga menyampaikan bahwa kemajuan teknologi sudah seharusnya digunakan untuk menemukan kasus TBC yang lebih banyak agar bisa mencapai eliminasi TBC 2030.
dr. Rina Triasih, M.Med (Pead), Ph.D, Sp.A (K) selaku Ketua Zero TB Yogyakarta menyampaikan “AI membantu kita, mengurangi false positif dalam pembacaan rontgen yang dapat mengurangi cartridge TCM sehingga lebih hemat walaupun harga AI tidak murah namun yang harus kita lihat adalah dampak kedepannya bahwa pencegahan penyebaran TBC akan semakin luas” ujar beliau. Beliau juga menyampaikan bahwa AI tidak menggantikan peran radiologis, namun AI dapat membantu membaca ratusan rontgen sehingga bisa efisien walaupun ada satu dua hasil yang ragu-ragu saja yg membutuhkan peran manusia dalam pembacaan hasilnya.
Meskipun AI sangat bermanfaat dalam skrining TBC, namun terdapat tantangan yang bisa muncul. “Ada kemungkinan kesalahan analisa, kualitas gambar buruk, dataset device error, trust issue yang membutuhkan review dari ahli radiologi” pungkas Raymond Murtihardjana selaku Business Development Manager PT. Medika Integrasi Teknologi. Raymond juga menyampaikan bahwa dalam mengatasi tantangan tersebut, penting adanya alat pengawasan untuk meningkatkan akurasi, quality control, dan membangun kepercayaan dokter terhadap AI.
Lebih lanjut, dr. Henry Diatmo sebagai Direktur Eksekutif STPI berharap AI bisa digunakan secara masif di Indonesia. Harapannya kerja-kerja para dokter maupun aktivis TBC bisa lebih cepat sehingga target capaian eliminasi TBC 2030 bukan menjadi keniscayaan.
Comments