top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Uji Klinis Tahap 3 Vaksin TBC:Kelinci Percobaan atau Pahlawan Kemanusiaan?


Beberapa waktu lalu, publik Indonesia ramai membicarakan soal uji klinis tahap 3 vaksin TBC. Isu ini kembali mencuat setelah pertemuan Presiden Prabowo dengan tokoh filantropi dunia, Bill Gates, yang mengumumkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tempat berlangsungnya uji klinis ini. Alih-alih dianggap sebagai langkah maju, sebagian masyarakat justru merasa curiga. Muncul stigma “kelinci percobaan”, gerakan anti-vaksin, hingga teori konspirasi tentang pengurangan populasi melalui vaksinasi.


Ketidakpercayaan ini tak muncul begitu saja. Kita hidup di tengah masyarakat yang sudah lama dilanda rasa skeptis terhadap berbagai kebijakan publik. Tak heran, sebagian orang langsung menolak mentah-mentah setiap program yang menyentuh langsung tubuh mereka, termasuk vaksin TBC.


Padahal, kita perlu melihat ini secara lebih utuh.


Saat ini, vaksin TBC yang digunakan secara global adalah BCG (Bacille Calmette-Guérin), yang hanya efektif jika diberikan pada usia bayi atau anak-anak. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, perlindungan dari vaksin ini menurun. Orang dewasa pun menjadi kelompok yang lebih rentan tertular TBC. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa kelompok usia produktif (25–45 tahun) justru menjadi penyumbang kasus TBC terbanyak.


Artinya, kelompok ayah yang paling aktif bekerja, ibu yang membesarkan anak, hingga nenek atau kakek yang mengurus cucu justru berada dalam risiko tinggi. Inilah alasan utama mengapa dunia butuh vaksin TBC yang lebih efektif untuk orang dewasa.


Vaksin baru ini bukan dikembangkan dalam semalam. Prosesnya sudah dimulai sejak awal tahun 2000. Indonesia sebagai negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia tentu punya peran dan andil dalam mendukung solusi global. Salah satunya dengan berpartisipasi dalam uji klinis vaksin.


Perlu diketahui, semua vaksin—bukan hanya vaksin TBC—harus melewati tahapan panjang sebelum bisa digunakan secara luas. Dimulai dari uji coba di laboratorium dan pada hewan (tahap pra-klinis), dilanjutkan dengan tiga fase uji klinis pada manusia.


  • Fase 1, biasanya melibatkan 12–20 orang, bertujuan mengecek keamanan dasar vaksin dan efek sampingnya.

  • Fase 2, melibatkan ratusan orang, untuk melihat efektivitas bagaimana sistem imun merespons vaksin.

  • Fase 3, melibatkan ribuan orang, untuk memastikan bahwa vaksin aman, efektif, dan bisa digunakan di masyarakat luas.


Semua tahapan ini diawasi ketat oleh lembaga pengawas di masing-masing negara, seperti BPOM di Indonesia. Tak satupun vaksin bisa langsung diberikan tanpa izin resmi dan pengawasan ketat.


Saat ini, ada sekitar 17 kandidat vaksin TBC yang tengah dikembangkan di dunia. Salah satu yang menjanjikan adalah vaksin M72, yang didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Vaksin ini sudah masuk uji klinis tahap 3 dengan total 20.081 partisipan dari lima negara. Afrika Selatan menyumbang jumlah partisipan terbanyak, disusul Kenya, Indonesia, Zambia, dan Malawi. Indonesia sendiri melibatkan sekitar 2.095 orang dalam uji klinis ini.


Yang perlu digarisbawahi: tidak ada paksaan dalam uji klinis ini. Semua peserta yang sesuai kualifikasi adalah sukarelawan, yang telah memahami sepenuhnya risiko dan manfaatnya. Selain itu dalam uji klinis yang baik, hak dan keselamatan peserta dijamin melalui prinsip-prinsip etika dan regulasi yang ketat. Peserta memiliki hak untuk menerima informasi yang jelas, memberikan persetujuan tanpa paksaan, dan menarik diri kapan saja. Mereka juga dilindungi oleh asuransi jika terjadi efek samping selama penelitian

Maka dari itu, mereka adalah orang-orang yang ingin menjadi bagian dari solusi, membantu jutaan hingga milyaran orang lainnya agar kelak bisa terlindungi dari TBC. Mereka bukan “kelinci percobaan” — mereka adalah pahlawan kemanusiaan.


Jika tidak ada mereka, bisa jadi vaksin TBC yang lebih efektif untuk orang dewasa tak akan pernah tersedia. Dan TBC akan terus menjadi ancaman senyap di tengah keluarga kita.


Bagi masyarakat yang masih ragu, mari kita lawan rasa takut dengan pengetahuan. Cari tahu informasi dari sumber terpercaya, jangan sampai hanya karena kehebohan kedatangan Bill Gates, upaya persiapan dari fase 1 dan 2 yang memakan tahunan, luput dari kita. Perlu diingat juga, kita sudah melihat bagaimana vaksin membantu dunia pulih dari pandemi COVID-19. Hal serupa bisa terjadi pada TBC jika kita mendukung inovasi ini.


Harapan ke depan, para peneliti dan pemerintah bisa terus bersikap terbuka dan jujur dalam menginformasikan perkembangan vaksin TBC ini. Transparansi adalah kunci agar masyarakat lebih percaya dan lebih siap menerima manfaat besar dari vaksin tersebut.


Pada akhirnya, ini bukan soal percobaan. Ini adalah soal harapan. Harapan agar suatu hari nanti, anak cucu kita hidup di dunia yang bebas dari TBC.


コメント


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Klinik JRC-PPTI, Jl. Sultan Iskandar Muda No.66A Lt 3, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Telp: +62 852-8229-8824

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page