The 4th INA-TIME : Kembangkan Penelitian untuk Memperkuat Eliminasi TBC 2030
Sanur, Bali - Pada 9 September 2022 dilaksanakan kegiatan Indonesia Tuberkulosis – International Meeting (INA – TIME) yang keempat di Bali. Acara tersebut merupakan kolaborasi dari beberapa instansi, seperti Jejaring Riset Tuberkulosis Indonesia (JetSet TB), Kementerian Kesehatan dan Fakultas Kedokteran Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. INA-TIME bertujuan untuk mendukung Eliminasi TBC 2030 melalui peningkatan dan pembaharuan pengetahuan serta manajemen TBC bagi tenaga kesehatan baik dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bidan dan pemegang program di layanan berdasarkan hasil penelitian terkini.
Kegiatan INA-TIME yang keempat ini menjadi ajang bagi seluruh peneliti di Indonesia untuk mengembangkan dan mendapatkan informasi terbaru dari hasil penelitian TBC yang sudah dilakukan. INA-TIME tahun ini mengusung tema “Readiness To Collaborate For TB Elimination” yang artinya Pentahelix menggabungkan unsur kolaborasi antar pihak, seperti akademisi, pelaku usaha, komunitas, pemerintah dan media yang bertujuan untuk mendukung eliminasi TBC 2030.
Dalam keynote speech oleh Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU selaku Menteri Kesehatan RI pada pembukaan INA-TIME, beliau menyampaikan, “Dari 824 ribu orang dengan TBC, saya minta di 2024 sebanyak 90% harus sudah terdeteksi ‘by name by address’. Kita sekarang ingin strategi surveilansnya yang baik dan benar” ujar beliau. Berdasarkan Global TB Report 2021, dari estimasi kasus tersebut yang ditemukan, diobati dan dilaporkan hanya 393.232 (48%) saja. Artinya masih terdapat 52% kasus TBC yang belum ditemukan dan dilaporkan.
Untuk mengupayakan pencapaian 90% target cakupan penemuan kasus TBC dengan lebih cepat, Kementerian Kesehatan menggalang kerjasama untuk pengembangan inovasi dalam penanggulangan TBC seperti alat Whole Genome Sequencing (WGS). Penemuan baru dalam bidang bioteknologi tersebut mampu mendeteksi variasi genetik Mycobacterium tuberculosis dalam waktu kurang dari 24 jam. Saat ini, penggunaan WGS lebih banyak untuk surveilans resistensi obat TBC.
Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan terdapat enam manfaat WGS yaitu: membantu memperkirakan besarnya masalah TBC; memonitor trend dari waktu ke waktu; merencanakan pelayanan diagnosis dan pengobatan; menilai efektivitas program intervensi; merumuskan regimen terapi yang efektif dan manajemen resistensi tuberkulosis di sebuah negara. Selain itu, diharapkan alat tersebut dapat menjadi terobosan baru untuk mendeteksi TBC.
Acara INA-TIME yang keempat terbagi menjadi 3 hari, yaitu pada Kamis (8/9), Jumat (9/9) dan Sabtu (10/9). Hari Kamis diadakan sebagai acara pre-conference, sementara hari kedua dan ketiga sebagai acara conference. Acara conference secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si selaku Wakil Gubernur Provinsi Bali, kemudian dilanjutkan dengan keynote speech oleh Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU selaku Menteri Kesehatan RI. Acara dilanjutkan dengan plenary 1, oral presentation dari para peserta yang lolos abstrak dan dilanjutkan dengan simposium 1 dan 2. Hari kedua acara dimulai dengan oral presentation, keynote speech oleh Prof. Guy Marks President, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union). Kemudian dilanjutkan dengan oral presentation, plenary dan diakhiri dengan penutup.
Stop TB Partnership Indonesia (STPI) juga berpartisipasi dalam acara INA-TIME dengan menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sesi oral presentation. Penelitian yang diikutsertakan yaitu Catastrophic Costs of DR TB for Urban People in Indonesia: Expenditure Approach; Social Security for People Affected by Drug Resistance TB; dan Policy in Advancing TB Agenda in the Village Fund Priorities – A Qualitative Study. Policy brief dari hasil penelitian STPI ini dapat dilihat disini dan disini.
Comments