top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Ratap Hati Keluarga Pak Darman, Pak Anto & Pak Nomo-Akibat TBC, Ekonomi Runtuh, Namun Hidup Memaksa Terus Berjalan

Hasil karya puzzle penyintas TBC
Hasil karya puzzle penyintas TBC

Jejak Pilu


Pak Darman, Pak Ano, dan Pak Nomo adalah tiga dari sekian banyak penyintas TBC. Mereka telah menelan pahitnya pil pengobatan dan getirnya dampak ekonomi yang menghantam selama masa sakit.


Mereka bukan lelaki yang hidup sendiri, ada anak yang harus disekolahkan, ada istri yang menanti belanja harian, ada rumah yang harus tetap bernyawa. Namun, bagaimana bila sang tulang punggung terserang TBC?


Produktivitas mereka merosot tajam. Pendapatan harian yang biasa menafkahi kini menyusut perlahan. Mereka bukan pekerja kantoran yang duduk rapi di balik meja, menggenggam gaji bulanan. Mereka adalah buruh harian yang hidup dari keringat hari ini untuk makan malam nanti. Ketika tubuh melemah, dapur pun mulai kehilangan asapnya.


Lalu datanglah bisik-bisik dari luar jendela.Ā "Jangan beli dagangan dia, nanti ketularan..."Ā Kalimat pendek itu lebih tajam dari batuk yang menyayat dada. Stigma merayap, menyelinap ke setiap celah kehidupan.


Meski dihantam badai, mereka tetap berdiri.Tak banyak yang bisa diberikan, tapi cukup untuk memastikan keluarganya tak tidur dalam kelaparan. Mereka tetap menjadi kepala keluarga—meski tak lagi sekuat dulu.


Hingga akhirnya pengobatan selesai.Bakteri itu telah sirna, tubuh mulai pulih, tapi... apakah bisikan juga ikut menghilang?


Tidak. Stigma itu tetap tinggal, membatu di balik senyum tetangga.Ā Kondisi ekonomi belum membaik.Ā Tenaga belum kembali penuh.


Dan kini mereka berdiri di persimpangan yang sepi:

ingin bekerja, tapi tubuh masih sesak.

Ingin pulih, tapi hidup tak memberi waktu.

Di sinilah penyintas TBC diuji lagi bukan oleh penyakit, tapi oleh hidup yang tak pernah menunggu.


Lahirnya Harapan


Untungnya, tidak semua orang memiliki hati sekeras bisikan tetangga. Masih ada mereka yang mau melihat lebih dalam, melampaui label ā€œpenyintas TBCā€, dan memilih untuk membantu, bukan menghakimi.


STPI bersama Narasa menghadirkan harapan dalam bentuk yang nyata, sebuah program keterampilan kewirausahaan untuk para penyintas TBC, agar tetap bisa berkarya, meski bayang-bayang stigma masih lekat di mata sebagian orang.


Di daerah tempat tinggal mereka, produk kerajinan tangan berbahan kayu masih jarang ditemui, padahal permintaannya mulai tumbuh. Peluang kecil yang jika disentuh dengan tepat, bisa menjadi jalan baru untuk kembali bangkit.


Pak Darman, Pak Ano, dan Pak Nomo diberikan pelatihan dasar: mulai dari mengenal kewirausahaan, merintis keterampilan produksi kerajinan kayu, hingga cara memasarkan hasil tangan mereka. Proses yang sederhana namun memberi cahaya. Ketiganya menjalaninya dengan semangat yang tak dibuat-buat, menikmati setiap potongan waktu, seolah sedang memahat masa depan mereka sendiri.


Proses pembuatan kerajinan kayu
Proses pembuatan kerajinan kayu

Dan ketika pelatihan usai, dampaknya terasa nyata.Pak Darman menerima empat pesanan puzzle edukatif untuk anak-anak PAUD dan TK. Tak hanya itu, ia mulai memproduksi papan nama kayu dan nomor rumah, dipesan langsung oleh tetangganya. Stigma yang semula menjauhkan, kini perlahan berubah menjadi dukungan.


Pak Nomo mendapat pekerjaan di toko kelontong. Ia bahkan memajang hasil karyanya di sana, lalu menawarkan produknya ke toko-toko sekitar. Langkah kecil, tapi berarti.


Pak Ano tak hanya mempelajari keterampilan ini, tapi juga mewariskannya kepada anaknya yang dengan mata berbinar mulai mencoba membuat kerajinan serupa. Ilmu yang tumbuh, harapan yang menjalar.


Salah satu karya kerajinan kayu
Salah satu karya kerajinan kayu

Pelatihan ini mungkin tampak sederhana. Tapi bagi mereka, dampaknya sangat besar. Bukan hanya tentang menghasilkan uang, tapi tentang kembali merasa berguna. Tentang martabat yang dipulihkan, tentang hidup yang kembali bernapas.


Sebab TBC bukan hanya perkara medis, bukan semata soal obat dan dokter. TBC juga tentang luka sosial, tentang stigma yang menyesakkan lebih dari batuk itu sendiri. Ia menghantam harga diri, merobek peluang, dan menyisakan sepi dalam tanya: siapa yang sudi mengulurkan tangan?


Jawabannya: kita semua.

Sebagai sesama manusia, kita tak perlu menyodorkan bantuan berupa uang setiap hari. Yang dibutuhkan adalah peluang, kepercayaan, dan ruang untuk tetap produktif, meski dunia sempit dan napas masih pendek.




Note:

Program peningkatan keterampilan bagi pasien dan penyintas TBC ini didukung oleh CAF Amerika sebuah langkah kecil menuju perubahan besar.


3 Comments


Guest
5 hari yang lalu

Main di KABAR4D selalu bikin puas, gacor terus. https://kabar4dmasyarakat.site

Like

rakhi
Jul 05

When her own voluptuous body gets on top and takes control, it's like watching a queen get back on her throne. Xxx Rakhi Gill will make you want to get under the covers with her.

Like

Guest
Jun 30

Lagi cari situs slot gacor? Coba aja di ash88, mantap!

Like

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Klinik JRC-PPTI, Jl. Sultan Iskandar Muda No.66A Lt 3, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Telp: +62 852-8229-8824

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page