top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Perkuat Kesehatan Mental Orang dengan TBC dengan Dukungan Support Group



Sumenep - Support Group atau kelompok dukungan sebaya merupakan wadah tempat Orang dengan tuberkulosis/TBC (Pasien TBC) yang masih menjalani pengobatan.berbagi pengalaman dan melakukan konseling kelompok dukungan bersama sebaya-nya atau penyintas TBC Kegiatan ini melibatkan beberapa tokoh dan individu lainnya sebagai seperti penyintas TBC, kader TBC, tenaga kesehatan (Penanggung Jawab Program TB dan Jiwa di Puskesmas), Pemantau Minum Obat (PMO) TBC dan Kepala Desa/Sekretaris Desa.


Sebanyak-banyaknya orang yang terdampak TBC perlu terlibat dalam menangani penyakit ini di tingkat komunitas mengingat kasus TBC di Indonesia masih menjadi urutan ke-2 di dunia. Berdasarkan Global TB Report 2022, WHO mengestimasikan secara nasional terdapat sebesar 969.000 sakit TBC di Indonesia setiap tahun. Salah satu provinsi dengan beban TBC tertinggi adalah Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep menjadi penyumbang terbesar ke-3 di provinsi di Desa Lenteng Timur, dengan 6.575 penduduk, ada 8 orang TBC dimana 5 orang yang masih menjalani pengobatan dan 3 orang yang telah sembuh dari TBC.


Support group bertujuan agar Orang dengan TBC tetap semangat dalam menyelesaikan pengobatan sampai tuntas dengan menjadi tempat konseling, berbagi informasi dan edukasi oleh tenaga kesehatan dan kader TBC kepada Orang dengan TBC. Menyadari pasien TBC mengalami tantangan psikis/kesehatan mental dalam menghadapi penyakit kronis seperti TBC, dukungan penuh oleh semua pihak menjadi dorongan yang positif bagi mereka. Tantangan psikis yang sering dirasakan pasien TBC selama menjalani pengobatan adalah merasa bosan akibat lamanya pengobatan, merasa cemas dengan kondisi yang kurang produktif sehingga takut tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, serta merasa terdiskriminasi dan self stigma karena merasakan orang-orang menjauhinya akibat sakit TBC. Tekanan-tekanan negatif tersebut akan berdampak pada kesehatan jiwa Orang dengan TBC dan dapat berakibat keputusan untuk berhenti berobat atau mangkir pengobatan sehingga menjadi lebih lama.


Tak jarang selama menjalani pengobatan, pasien TBC merasa minder dengan lingkungannya. Seorang peserta Support Group Desa Lenteng menyampaikan kepada STPI, “Saya tidak enak bercerita apapun dengan anak-anak saya karena mereka sudah punya keluarga sendiri. Saya lebih banyak memendam perasaan sendiri, tapi lama kelamaan tidak enak juga”. Hal ini diucapkan Pak Murasid seorang Pasien TBC yang menjalani pengobatan selama 6 bulan. Kader Bu Ifa yang membantunya dalam perawatan TBC menjadi tempat Pak Murasid untuk tempat bercerita. “Awalnya sulit untuk meyakinkan Pak Murasid agar nyaman bercerita apapun kepada saya. Kemudian akhirnya dia mau cerita tentang hal yang dirasakan selama menjalani pengobatan TBC dan dia bilang lebih enakan setelah cerita ke saya”, terang Ibu Ifa selaku kader TBC yang mendampingi Pak Murasid.


Pendampingan kesehatan mental melalui model Support Group ini sangat bermanfaat untuk Orang dengan TBC. “Awalnya saya minum jamu saja, tapi tidak sembuh-sembuh. Lalu saya berobat ke Puskesmas dan saya rasa tidak ada pengobatan yang paling baik kecuali ikut program TBC dari Puskesmas” ujar Bu Armaniyah selaku penyintas TBC. Beliau juga memberikan motivasi kepada Orang dengan TBC dalam kelompok dukungan ini terutama mereka yang sedang menjalani pengobatan agar tidak putus berobat dan menguatkan keyakinan akan sembuh total.


Kegiatan Support Group ini dilakukan oleh Stop TB Partnership Indonesia dengan dukungan Global Impact agar membantu Orang dengan TBC menghadapi tantangan mental selama pengobatan. Kegiatan ini diharapkan bisa berjalan selanjutnya di Desa dengan sumber daya lokal di Sumenep serta knowledge transfer dari STPI kepada Pemerintah Desa Lenteng Timur dan Puskesmas Lenteng serta untuk diteruskan dan direplikasi di desa lain pada Provinsi Jawa Timur.


89 tampilan0 komentar

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page