Cegah TBC dengan TPT (Terapi Pencegahan TBC)
Tahu kah kamu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Laporan dari Global TB Report 2021, estimasi kasus TBC di Indonesia sebesar 824.000 dengan kematian sebanyak 13.110 dan hanya 47% kasus yang terlaporkan. Dari data tersebut kira-kira apa yang dipikiran kamu? wah kalau dilihat lagi ternyata bisa jadi kita sebenarnya sudah terpapar bakteri TBC, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Dan bisa jadi tubuh kita sebenarnya sudah terinfeksi bakteri TBC bahkan sistem imun tidak kuat mengeliminasi bakteri TBC di tubuh secara sempurna, namun karena tubuh kita mampu mengendalikan penyebaran bakteri TBC, akhirnya tidak timbul gejala TBC. Nah, kalau ini disebut Infeksi Laten Tuberkulosis atau ILTB atau singkatnya terinfeksi TBC tapi tidak bergejala dan tidak berkembang menjadi TBC aktif.
Orang dengan ILTB biasanya terjadi pada orang yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif. Misalnya, ayah terinfeksi TBC aktif, bisa jadi anak dan istrinya mengalami ILTB yang artinya telah terinfeksi tetapi tidak berkembang menjadi TBC aktif. Namun, beberapa hasil studi menunjukkan, sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi. Orang yang ILTB pun bisa mejadi TBC aktif jika ia memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Bagaimana kita tahu kalau kita mengalami ILTB? Orang dengan ILTB apabila dilakukan Tuberculin Skin Test (TST) atau pemeriksaan Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) hasilnya akan positif, tetapi hasil pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil pemeriksaan dahak dan Xpert MTB/Rif® negatif. Namun, ketika pasien yang baru saja didiagnosis TBC positif, maka kontak serumah khususnya anak-anak dianggap sebagai satu kesatuan penerima manfaat layanan TBC. Kontak serumah perlu diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis atau TPT.
TPT merupakan salah satu langkah untuk mencegah orang ILTB yang berisiko untuk berkembang menjadi sakit TBC positif. Tujuan pemberian TPT adalah untuk mencegah terjadinya sakit TBC sehingga dapat menurunkan beban TBC. Secara spesifik, yuk kita lihat siapa saja yang bisa diberikan TPT?
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis
Anak usia di bawah 5 tahun
Anak usia 5-14 tahun
Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)
Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll).
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
TPT diberikan dalam bentuk obat. Paduan TPT sendiri terbagi menjadi 3, yaitu 3HP, 3HR dan 6H yang bisa disesuaikan berdasarkan rekomendasi dokter atau petugas kesehatan setempat.
Paduan 6H:
Paduan ini diberikan dalam bentuk obat Isoniazid (INH). Diberikan setiap 1x sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) selama 6 bulan.
Paduan 3HP:
Diberikan dalam bentuk obat Isoniazid (INH) dan Pirazinamid (P). Obat dikonsumsi satu kali seminggu selama 3 bulan. Obat sebaiknya dikonsumsi pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
Paduan 3HR:
Obat yang akan diberikan adalah Isoniazid (INH) dan Rifamisin (R). Obat dikonsumsi satu kali sehari dan lama pemberian selama 3 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan). Obat sebaiknya dikonsumsi pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
Obat TPT ini harus dikonsumsi secara tuntas oleh orang dengan ILTB. Pemberian obat TPT baik dewasa maupun anak-anak dikatakan lengkap apabila menyelesaikan minimal 80% rangkaian pengobatan pencegahan sesuai dengan durasi dari paduan TPT yang dipilih. Untuk paduan TPT selengkapnya bisa dilihat disini ya
Comentarios