top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Cara Mengetahui Gejala TBC dengan Mudah, Ingat 141CekTBC



Setiap tahun di Indonesia, diperkirakan hampir 1 juta orang sakit tuberkulosis (TBC). Penularan yang begitu cepat dan rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia akan penyakit TBC membuat angka insiden TBC salah satu yang tertinggi di dunia. Ditambah lagi, sebagian masyarakat Indonesia mempercayai mitos terkait TBC, seperti TBC adalah hasil dari kutukan, guna-guna, dan semacamnya. Selain itu, masih ada stigma negatif tentang TBC dan anggapan umum bahwa batuk berkepanjangan adalah batuk biasa sehingga tidak perlu melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis dokter. Melihat kenyataan seperti ini, bisa diasumsikan bahwa sebagian masyarakat Indonesia belum teredukasi dengan baik soal TBC.


STPI ingin meningkatkan perilaku yang tepat dalam mencari layanan kesehatan pada masyarakat dengan gejala batuk 14 hari atau lebih melalui kampanye publik perubahan perilaku atau behavioral change communications campaign (BCC). Berdasarkan diskusi para ahli dan pihak Kementerian Kesehatan RI serta FGD, kampanye yang diusung yaitu 141CekTBC (empat belas satu cek TBC) dengan tagline 14 hari batuk tak reda, 1 solusi, Cek Dokter segera! Tagline ini sudah melalui uji konsep kampanye bersama penyintas TBC dan masyarakat yang belum pernah sakit TBC dan menurut informan cukup menggambarkan gejala TBC dan tindakan jelas apa selanjutnya yang harus dilakukan.


Intervensi kampanye komunikasi digital STPI bertujuan untuk mencapai peningkatan pengetahuan (awareness) pada kelompok usia 15-39 tahun, yang merupakan kelompok usia demografi terbesar di Indonesia (Susenas, 2020), yang berlokasi di DKI Jakarta dan Jawa Barat dimana keduanya termasuk dalam daftar lima provinsi dengan angka kejadian TBC tertinggi (tbindonesia.or.id, 2021). Kelompok sasaran tersebut juga dipilih karena meskipun penyakit TBC dapat menginfeksi semua kelompok usia, namun, tujuh puluh lima persen orang dengan TBC adalah kelompok usia produktif dengan agregat tertinggi pada kelompok milenial dan generasi Z (Profil Kesehatan Indonesia, 2021; WHO, 2022).


Implementasi kampanye 141CekTBC berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan Februari 2022 hingga bulan Agustus 2022. Sebelum mengimplementasikan kampanye, STPI bersama StratX didukung oleh Litbang Kompas melakukan in-depth interview dan FGD sebagai concept test untuk memastikan pesan 141 Cek TBC, materi kreatif yang dihasilkan seperti maskot Kak Welas, warna, font, dan aset lain yang digunakan dalam kampanye ini sesuai dengan target sasaran.


Selain itu, untuk mengukur pemahaman kognitif tentang TBC serta perilaku mencari layanan kesehataan saat batuk, STPI dan StratX melakukan baseline survey kepada 500 responden online serta 100 responden tatap muka (i.e. control group karena tidak dikondisikan untuk terpapar kampanye) berusia 15-39 tahun di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dari baseline survey, diketahui bahwa seorang pasien atau penyintas cenderung lebih paham atau tahu bahwa batuk 14 hari adalah gejala dari TBC. Namun, masih lebih banyak persentase orang yang belum mengetahui bahwa batuk 14 hari merupakan gejala TBC. Bahkan, hanya 11% responden online survey yang menyadari hal tersebut, dan, mayoritas responden beranggapan batuk 14 hari atau lebih adalah radang tenggorokan atau COVID-19. Oleh sebab itu, pillar pesan yang dikembangkan oleh STPI fokus pada TBC dan gejalanya, sedangkan informasi terkait pengobatan dan pencegahan adalah konten sekunder dan tersier.



Proses implementasi kampanye ini sepenuhnya dilakukan secara online dengan mengandalkan website 141.stoptbindonesia.org sebagai landing page kampanye 141CekTBC. Rata-rata jumlah kunjungan (session) per bulan adalah sebesar 20,616 kunjungan/bulan dengan rata-rata pageview per bulan sebesar 25,197 pageview/bulan. Total kunjungan sebanyak 123.697 dengan total page views 151.183 dan hal tersebut telah melebihi target yang ditetapkan yaitu 100.000 kunjungan dan 150.000 page views. Website ini juga berisi tentang video layanan masyarakat dengan total 344 ribu views, chatbot web dengan total 787 percakapan, fitur pengingat dengan 112 orang pengguna, programmatic ad banner dengan total 14.924.525 reach.


Selain itu, terdapat artikel kesehatan yang tayang di beberapa media dengan salah satu artikel yang paling populer berjudul Kenali 5 Gejala TBC, Mungkin Sakitmu Bukan Karena ʻEs Terus! yang menghasilkan 31.402 page views. Pelibatan influencer juga menjadi tools kampanye ini, terdapat 19 influencer dengan berbagai aset online yang digunakan yaitu Instagram story, Instagram feed, YouTube video dan Tiktok. Selama periode kampanye, pelibatan influencer memiliki angka total sebesar 5.691.521 reach. Contoh video yang paling banyak di jangkau di Instagram yaitu influencer @desta80s dengan total 997.814 views, di TikTok ada akun influencer @ibenma dengan 2,3 juta view dan di YouTube Raditya Dika dengan 117.003 views.


Tak hanya penggunaan media sosial dari influencer, namun juga pelibatan tokoh ahli di bidang TBC yang tertuang dalam webinar dan talkshow. Zoom webinar dengan tema “Membongkar Mitos TBC, Informasi Yang Tepat Bantu Penanganan Cepat” dengan narasumber dr. Endang Lukitosari, MPH dari Kementerian Kesehatan RI dan dr. Henry Diatmo MKM yang menjangkau 245 peserta aktif. Di Instagram STPI berkolaborasi dengan HAlodoc melalui talkshow di Live Instagram yang membahas tentang “TBC: Penyebab, Gejala dan Pengobatannya” yang mencapai 1.264 views. STPI juga memanfaatkan media cetak sebagai bentuk perluasan kampanye yang bisa dilihat di koran Wartakota dan Tribun Jabar.


Total keseluruhan kampanye 141CekTBC mencapai 30.604.698 reach, melampaui dari target 8 juta reach, sehingga, kampanye ini sudah berhasil mencapai target. Selain itu, dari hasil endline research, awareness batuk 14 hari atau lebih sebagai gejala TBC mengalami peningkatan sebesar lebih dari 28% setelah adanya kampanye 141 Cek TBC. Sebaliknya, pemahaman batuk 14 hari atau lebih sebagai batuk biasa dan radang tenggorokan menurun cukup signifikan dibandingkan hasil saat baseline research. Artinya, kampanye ini berhasil mencapai objektif untuk meningkatkan pengetahuan kepada responden yang terpapar kampanye 141 Cek TBC.


Laporan evaluasi sumatif oleh Mahasiswa Magister Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia dengan in-depth interview kepada 7 followers STPI, mengilustrasikan bagaimana kesadaran akan gejala TBC terbangun karena pesan kampanye 141CekTBC. Kampanye ini dinilai cukup menarik dan mudah dipahami oleh informan usia 21-35 tahun di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Salah satu informan menyebutkan bahwa pesan 141CekTBC bisa membantunya dalam memahami apa tindakan yang harus ia lakukan untuk menangani gejala batuk lama dikarenakan terdapat frasa “cek ke dokter segera!” sehingga jelas bila batuk lebih dari 14 hari harus segera ke dokter karena bisa jadi terkena TBC.


Informan juga menyampaikan diantara berbagai jenis konten dan platform, konten di Instagram merupakan platform paling mudah dipahami dengan bentuk feed. Hal tersebut dikarenakan pengemasan visual dan teks pesan konten yang mudah dicerna, adanya kebaruan dari informasi dan relatability atau keterhubungan antara penerima pesan dengan gambar atau fenomena yang dibahas oleh konten. Dari segi pengaruh kampanye terhadap pengetahuan dan sikap terjadi perubahan kognitif terkait tiga hal. Pertama adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap batuk yang dialami serta secara tidak langsung bisa melakukan self-screening, kedua adalah tidak menganggap remeh batuk; dan yang ketiga adalah untuk segera periksa ke dokter jika mengalami batuk.


Secara keseluruhan kampanye ini telah berhasil mencapai tujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat untuk periksa ke dokter jika mengalami batuk 14 hari atau lebih. Dengan investasi sebesar 5.3 Milyar dan total reach 30 juta, cost setiap reach yang dihasilkan dalam kampanye ini adalah Rp 175,-. Meskipun kampanye ini telah selesai, namun aset kampanye ini bermanfaat untuk terus dipakai terutama dalam hal kampanye tentang gejala TBC. Untuk melihat secara keseluruhan kompilasi dalam bentuk video bisa diakses di link ini serta report atau laporan dari keseluruhan kampanye ini bisa diakses di sini. Harapannya kampanye ini bisa menjadi acuan bagi para praktisi dan pemangku kebijakan untuk mendukung masyarakat menerapkan perilaku yang tepat ketika mengalami gejala TBC.


69 tampilan0 komentar

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page