Berdayakan Santri dengan Membentuk Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren)
Sumenep - Pondok pesantren merupakan tempat belajar tentang ilmu pengetahuan umum yang dibarengi dengan penguatan ilmu agama. Para santri di pondok pesantren biasanya memiliki keseharian yang selalu bersama-sama dan bersifat komunal. Kegiatan mereka dimulai dari tidur, makan, belajar, bermain dan beribadah secara bersama-sama.
Hal tersebut merupakan kegiatan yang sangat positif karena dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dari latar belakang yang berbeda-beda. Namun, sifat komunal di pesantren memiliki kerentanan yang cukup tinggi dalam menularkan penyakit, seperti Tuberkulosis (TBC). Bahkan beberapa kasus menunjukkan, jarak antara tepi tempat tidur satu santri ke santri lain masih kurang dari 90 cm (Putri et al., 2017). Jumlah santri pun 10-15 orang per kamar dengan ruangan yang tidak terlalu luas. Mengingat TBC dapat menular lewat droplet dari percikan ludah saat berbicara dan tertawa, maka sangat mudah untuk menularkan dari satu orang ke orang lain.
Saat ini, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bekerjasama dengan 5 pesantren (Pesantren Sumber Payung, Sabilul Muttaqin, Nurul Mukhlisin, Annuqayah dan Nasyiyatul Mutaa’alimin) di Kabupaten Sumenep dalam upaya penanggulangan TBC di pesantren. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan penyakit di pondok pesantren sekaligus memberdayakan santri adalah membentuk Pos Pelayanan Kesehatan Pesantren atau Poskestren. Poskestren dinilai dapat menjadi ujung tombak pencegahan dan pengendalian penyakit menular dengan tidak meninggalkan upaya pengobatan dasar di pesantren.
Langkah awal pembentukan dan penguatan poskestren dimulai dari pelatihan pembentukan poskestren terlebih dahulu. Pelatihan pembentukan poskestren sudah dilakukan di Pondok Pesantren Sumber Payung (23-24/09) dan Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin (28-29/09). Kegiatan di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin dimulai dari pembukaan, sambutan dari petugas lapangan STPI yaitu Bpk. Sukri R. Bintaro dan sambutan oleh ketua Yayasan Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin. Kemudian acara dilanjut dengan penyampaian materi oleh Kasie Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Ibu Hj. Indah Farida Rahmawati. Paparan Ibu Hj. Indah Farida Rahmawati menyebutkan langkah pembentukan poskestren antara lain:
1. Survei Mawas Diri (SMD) di Pesantren
SMD adalah rangkaian kegiatan dalam mengenal dan menemukan masalah kesehatan dengan cara mengumpulkan data kesehatan di pesantren yang dilakukan oleh santri husada (kader pesantren), pengurus pondok pesantren dan petugas puskesmas. Data yang dikumpulkan terdiri dari data fisik (bangunan dan lingkungan) pondok pesantren, data perorangan dan data PHBS pondok pesantren. Data tersebut akan menjadi informasi untuk merumuskan masalah kesehatan dan merinci berbagai potensi yang dimiliki.
2. Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren (MMPP)
MMPP merupakan kegiatan yang membahas masalah kesehatan di Pondok Pesantren misalnya masalah DBD atau TBC. Biasanya dilaksanakan beberapa kali sesuai kebutuhan. Pelaksananya terdiri dari pengurus pondok pesantren dan petugas kesehatan sebagai fasilitator. Hal-hal yang menjadi pembahasan dan hasil pada MMPP adalah:
Membahas hasil Survey Mawas Diri untuk mengetahui ada tidaknya masalah kesehatan yang harus segera ditanggulangi.
Mengevaluasi dan menilai pelaksaan kegiatan Poskestren dengan menilai kegiatan yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan rencana dan target pencapaian yang sudah diterapkan sebelumnya.
Merencanakan kegiatan Poskestren yang akan datang.
3. Pelaksana Kegiatan Poskestren
Penekanan utama dari kegiatan Poskestren adalah upaya PROMOTIF dan PREVENTIF. Perlu diingat bahwa Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) BUKAN Balai Pengobatan. Pokok kegiatan poskestren meliputi:
Upaya pencegahan penyakit (jum’at bersih, olah raga teratur, PSN, dll)
Penyuluhan kesehatan di kawasan Pondok Pesantren (penyuluhan individu, penyuluhan kelompok dll)
Memberikan pelayanan kesehatan sederhana (P3K, pertolongan pertama pada penyakit)
Melakukan survey mawas diri baik perorangan maupun fisik
Melakukan pelaporan dan pencatatan kegiatan Poskestren
4. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi poskestren akan melibatkan puskesmas dan dinas kesehatan sebagai pembina dan pengawas penyelenggaraan poskestren.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Bpk. Edi Kurnianto selaku Kepala Puskesmas Lenteng. Hal yang dibahas yaitu:
1. Survei Mawas Diri
Adalah serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya secara bersama sama petugas puskesmas dalam mengenal keadaan dan masalah kesehatan di lingkungan pondok pesantren, serta menggali potensi yang dimiliki.
2. Kader Poskestren
Adalah merupakan ujung tombak di poskestren. Jumlah kader untuk setiap Poskestren minimal 30% dari jumlah santri di pondok pesantren. Selain sebagai pelaksana, para kader diharapkan dapat berfungsi antara lain :
Penggerak masyarakat
Pemberi semangat
Penggagas kegiatan
Suri tauladan
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader poskestren antara lain :
Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
Melakukan inspeksi sanitasi
Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat
Menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan
Mengukur berat badan dan tinggii badan
Memeriksa tajam penglihatan.
Mendeteksi dini masalah kesehatan jiwa dan NAPZA
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya
Melakukan pencatatan pada buku catatan poskestren
Mengadakan pemutahiran data sasaran
3. Peran petugas Puskesmas
Membimbing dan membina kader dalam pengelolaan poskestren termasuk melakukan orientasi dan pelatihan.
Mendampingi kader dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kewenangannya.
Mendampingi kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitar.
Mendampingi dan membantu kader menganalisa hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja, dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren
Menerima konsultasi atau rujukan
Membantu pengadaan alat kesehatan dan obat – obatan yang di butuhkan poskestren.
Setelah pemaparan materi disampaikan, acara selanjutnya yaitu doa dan penutup. Kegiatan pelatihan pembentukan poskestren ini memiliki Rencana Tindak Lanjut (RTL). Untuk di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin Lenteng Sumenep, antara lain:
Segera akan membuat SK Poskestren yang di tandatangani oleh Pengasuh dan Kepala Desa
Kegiatan Survei Mawas Diri selama 15 hari
Kegiatan MMPP setelah selesai Survei Mawas Diri
Pengembangan SDM kader Kesehatan atau Kader TBC
Komunikasi tindak lanjut dengan Puskesmas Lenteng
Harapan pembentukan poskestren ini adalah agar pelayanan awal terhadap santri bisa ditangani oleh pelayan kesehatan yang ada di posksstren serta bisa melaksanakan PHBS dengan baik.
Sumber:
Putri, F., P, P., & BM, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Phbs Pencegahan Penyakit Tb Paru Pada Santri Di Pondok Pesantren Nurul Hasan Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 5(3), 527–539.
Comments