Tuberkulosis Tantangan Bonus Demografi Indonesia
Kredit Foto: Rembrandt (YKI) & Sofyan (Subdit TB)
Jakarta — Pada malam pertemuan tingkat tinggi yang bertajuk ‘Sinergi Multi-Sektor untuk Mengakhiri Tuberkulosis’ di Hotel Borobudur, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Letjen (Purn.) Dr. dr. Agus Terawan Putranto, Sp.Rad (K) RI, memberikan arahan kepada jajaran Pemerintah Pusat dan Daerah serta seluruh lapisan masyarakat. “Hari ini adalah langkah awal kita bersama untuk bekerja secara sinergis mencapai eliminasi TBC demi tercapainya visi Indonesia Maju dengan sumber daya manusia yang unggul,” menurut Menteri Kesehatan RI.
Pertemuan tingkat tinggi ini diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Stop TB Partnership Indonesia dengan dukungan Stop TB Partnership. Acara ini turut dihadiri 300 peserta dari berbagai Kementerian dan Lembaga, Duta Besar, para pemimpin sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, Menteri Kesehatan mancanegara dan tokoh internasional pembangunan kesehatan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto, menegaskan ”Masalah TBC tak mungkin diselesaikan oleh sektor kesehatan sendirian. Sebab TBC berdampak negatif menyangkut soal sosial, ekonomi, dan psikologis masyarakat Indonesia”. Situasi ini tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia dalam pemanfaatan bonus demografi untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M. Kes, melaporkan “Hasil pertemuan lokakarya (pre-meeting, 10 Des 2019) mencapai konsensus dari multi-pihak bahwa upaya eliminasi TBC perlu komitmen politis yang kuat, kepemimpinan yang efektif, program yang tersinkronisasi dan terintegrasi, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan sumber daya yang mencukupi.”
Mewakili organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta, Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia, Arifin Panigoro, menggarisbawahi, “Mengatasi TBC membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dan kemitraan multi-pihak, termasuk sektor swasta, guna mengatasi faktor sosioekonomi seperti perumahan yang yang kumuh dan padat, pengendalian infeksi di transportasi dan lingkungan kerja, serta perlindungan sosial bagi pasien TBC resisten obat.”
Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership mengatakan, “Momentum ini sangat baik, karena Presiden pun mulai peduli terhadap tantangan ini. Saat ini belum ada satu pun negara yang bebas dari TBC, tentunya kepemimpinan multi-sektor di Indonesia ini akan berdampak positif untuk menyemangati para pemimpin negara lain, terutama di wilayah Asia yang memiliki jumlah pasien TBC yang tinggi.”
Tonton video berikut untuk ikut merasakan suasana agenda pertemuan ini!
Video by Phinisi Creative
https://www.instagram.com/phinisi.creative/