top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

TB Fellowship Journalist Programme 3.0

ree

A. Latar Belakang

Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis atau MTB. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-2 dunia dengan estimasi 1.090.000 kasus. Terdapat beberapa penyebab terjadinya kasus TBC di Indonesia salah satunya adalah masyarakat belum memahami dengan baik penyakit ini. 


Namun di tengah tingginya kasus TBC di Indonesia, cukup disayangkan informasi mengenai TBC  tidak sebanding dengan jumlah kasusnya. Hasil penelusuran google terkait kata kunci TBC mengeluarkan temuan sebanyak 189.000.000, ini berbanding terbalik jika kita melakukan penelusuran terkait “COVID-19”, dimana kita bisa menemukan hasil pencarian sampai 6.270.000.000. Artinya informasi TBC masih sedikit bila dibandingkan dengan COVID-19 yang mana sama - sama melakukan penularan melalui udara. Hal tersebut tentu berdampak pada minimnya informasi TBC di masyarakat yang akibatnya mereka tidak memahami bagaimana penularan, pengobatan maupun pencegahan TBC.


Dampak nyata kekuatan media yang membahas TBC terjadi pada bulan Mei 2025, bahwa di media sosial X banyak sekali masyarakat yang kontra terhadap uji coba vaksin TBC. Pasalnya rencana uji coba tahap 3 tersebut diresmikan oleh Presiden RI Prabowo dan Bill Gates sebagai pemberi dana dalam pembuatan dan penelitian vaksin TBC dewasa. Sangat disayangkan media hanya menyoroti uji coba vaksin tahap 3 saja karena ada momentum pertemuan antara Presiden dan pendiri microsoft tersebut. Sehingga menimbulkan berbagai macam pandangan negatif yang dihaturkan masyarakat terhadap uji coba vaksin di Indonesia ini. Salah satu ucapan yang sering disebut adalah “masyarakat Indonesia hanya sebagai kelinci percobaan”, sehingga banyak masyarakat yang menolak yang juga berpotensi timbulkan penolakan terhadap pemberian vaksin TBC di masa datang pada orang dewasa. 


Momentum tersebut memberikan pembelajaran bahwa peran media massa, seperti jurnalis amat sangat dibutuhkan untuk menggiring opini masyarakat. Hal ini sangat berpotensi besar jika ada program khusus untuk memobilisasi media agar dapat menyoroti informasi TBC lebih baik dan masif lagi.


Ditambah lagi efisiensi anggaran belanja Kementerian Kesehatan pada tahun 2025 yang terpotong jadi Rp 19,6 triliun dari total belanja Rp 105,6 triliun. Efisiensi anggaran ini dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap upaya penanganan TBC di Indonesia dan memperlemah pencapaian target eliminasi TBC pada tahun 2030, yang telah menjadi komitmen pemerintah, seperti riset & inovasi TBC, pengadaan alat, pengobatan berbasis DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) serta kampanye kesadaran masyarakat. Tanpa dukungan finansial yang memadai, Indonesia akan kesulitan mencapai target eliminasi TBC pada 2030, yang merupakan bagian dari komitmen global dalam Sustainable Development Goals (SDGs).


Dibalik itu semua, terdapat kader TBC yang selalu mengupayakan untuk menemukan, memantau dan mengedukasi masyarakat tentang TBC. Kader menjadi ujung tombak pemerintah dalam penanggulangan TBC yang tentu perjuangannya tidak mudah. Sehingga peran kader sangatlah penting yang tak bisa terlupakan maupun dihilangkan. Namun sayangnya kader sangat jarang dibahas dan lebih memilih penyintas atau pasien TBC yang diliput oleh media karena orang yang merasakan langsung. Padahal jika tidak ada kader maka kasus TBC tidak akan mungkin bisa ditemukan hingga masif akibat terbatasnya petugas kesehatan yang bisa menjangkau rumah-rumah warga.  


Melihat permasalahan tersebut, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) sebagai organisasi masyarakat sipil yang bertujuan untuk merealisasikan eliminasi TBC di Indonesia melalui penguatan kemitraan dan kolaborasi multi sektor termasuk pemerintah, sektor swasta, media dan masyarakat sipil, bermaksud mengadakan kegiatan berbasis media dengan memberikan fellowship kepada jurnalis.


Jurnalis diyakini mampu menjadi ujung tombak maupun jembatan penghubung antara pemegang program TBC nasional dengan masyarakat yang tertuang dalam artikel maupun peliputan yang dimuat di internet atau media cetak.  Jurnalis memiliki kemampuan yang sangat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang TBC. Hal pertama yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia ketika ingin mengetahui sesuatu adalah mencari tahu lewat internet dan membaca artikel maupun berita-berita seputar informasi yang dicarinya. Sehingga jurnalis adalah aktor pembuat informasi yang krusial dalam mengedukasi masyarakat lewat tulisan.


STPI menyelenggarakan TB Fellowship Journalist Programme untuk menjaring talenta jurnalis unggul agar dapat mendapatkan fellowship dalam peliputan terkait TBC. Hal ini merupakan bagian dari social value STPI dalam membantu para jurnalis untuk menghasilkan kualitas pemberitaan TBC di Indonesia. Program ini telah dilaksanakan di tahun 2022 dan 2024, dan kali ini merupakan pelaksanaan ke-3. 


B. Syarat dan Ketentuan 

  1. Pendaftaran dapat dilihat di sini bit.ly/PendaftaranTBFellowship3 

  2. Jurnalis aktif di media tertentu (online/koran/TV) domisili JABODETABEK

  3. Pernah membuat artikel atau peliputan terkait TBC (jadi nilai tambah)

  4. Berkomitmen penuh mengikuti TB Fellowship Journalist Programme sesuai timeline

  5. Bersedia menjadi bagian dari komunitas jurnalis TBC dalam mendukung eliminasi TBC 2030

  6. Melengkapi dokumen administrasi dengan persyaratan berikut:

    1. CV jurnalis

    2. Karya jurnalis atau peliputan yang pernah dibuat dalam bentuk link dan/atau tangkap layar (screen shot) atau foto

    3. Sertifikat kompetensi sebagai wartawan muda (opsional, namun jadi nilai tambah)


C. Timeline

29 Agustus - 25 September 2025 : Pendaftaran

26 - 30 September 2025 : Seleksi Administrasi

1 Oktober 2025 : Pengumuman

6 Oktober 2025 : Pembekalan Offline di Jakarta

8 Oktober - 2 November : Peliputan

10 - 12 November : Acara Penghargaan


D. Penilaian Penerima Fellowship

Penilaian akan didasarkan dari proses administrasi (pengisian formulir), kemudian jurnalis terpilih akan mendapatkan uang saku sebagai berikut:

  • Top 3 jurnalis akan mendapatkan fellowship sebesar Rp3.000.000/orang

  • Jurnalis terpilih akan mendapatkan fellowship sejumlah Rp1.500.000/orang

Komentar


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Klinik JRC-PPTI, Jl. Sultan Iskandar Muda No.66A Lt 3, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Telp: +62 852-8229-8824

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page