Salut! untuk Kota Balikpapan, Cakupan TPT Tembus 134%, Kok Bisa?
- Stop TB Partnership ID
- 3 hari yang lalu
- 2 menit membaca

TPT atau Terapi Pencegahan Tuberkulosis di Kota Balikpapan dikabarkan telah mencapai 134%. Dinas kesehatan Kalimantan Timur menargetkan capaian TPT semester pertama tahun 2025 di Kota Balikpapan sebesar 116, namun wilayah tersebut telah berhasil memberikan TPT hingga ke 155 orang.
Kota Balikpapan sendiri memiliki 6.210 orang terduga TBC dengan 833 kasus positif dan 21 kematian per April 2025. Dengan cakupan TPT yang melebihi target menandakan ada perbaikan dalam proses pemberian TPT di wilayah ini karena pada tahun 2024 cakupan TPT se-Kalimantan Timur hanya 1,8% saja.
Terlampauinya target pemberian TPT tersebut tidak terlepas dari dukungan lintas sektor yang berbondong-bondong memberikan bantuan. Yudhianto, tim program SSR TB PKBI menjelaskan ada 3 lembaga yang membantu dalam proses pemberian TPT di Kota Balikpapan.
Andalas Seluler, Mantau Blue Sky dan BAZNAS Balikpapan merupakan donatur yang turut menyukseskan program TPT. Mereka membantu dalam hal pemenuhan gizi dan pangan bagi keluarga pasien TBC yang tidak mampu dengan menyalurkan makanan tambahan berupa susu, telur, dan beras. Kalau ditinjau dari sisi kebutuhan gizi memang belum ada program pemerintah yang khusus memberikan gizi seimbang pada pasien TBC, sehingga lembaga lain dapat mengisi kekosongan tersebut.
Selain itu, kader PKBI dengan petugas kesehatan saling bekerjasama dalam memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien TBC tentang pencegahan TBC lewat TPT. Lebih jauh, kader juga rela memberikan fasilitas gratis kepada pasien untuk mengantar-jemput motor dari rumah ke layanan dengan syarat harus menjalani pengobatan hingga tuntas.
Pemberian TPT di Indonesia masih penuh dengan tantangan karena TPT hanya diberikan pada mereka yang tidak bergejala TBC namun sudah terinfeksi. Kondisi ini disebut sebagai Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) yang mana bakteri TBC sudah masuk dan menginfeksi namun tidak menunjukkan gejala apapun, bahkan ketika dites dahak hasilnya negatif. Hal ini menjadi tantangan yang cukup berat karena persepsi masyarakat Indonesia yang masih awam bahwa jika tidak sakit maka tidak perlu minum obat, sama halnya TPT yang diberikan pada mereka yang tidak ada gejala apapun.
Namun tentu satu-satunya jalan yang bisa ditempuh untuk menghentikan pemahaman tersebut adalah dengan edukasi secara terus-menerus. Jika dilihat dari cakupan TPT di Kota Balikpapan yang sudah 134% artinya pemahaman masyarakatnya sudah cukup baik. Yang memang strateginya adalah edukasi dan kolaborasi antar pihak, kader dan petugas memberikan edukasi, sementara lembaga lain memberikan bantuan gizi yang membuat masyarakat tertarik untuk berpartisipasi dalam program.
Oleh karena itu, semoga strategi yang dilakukan Kota Balikpapan, bisa menular ke Kabupaten/Kota lain di Indonesia, guna mencapai cakupan TPT yang lebih masif lagi.
Comments