Pentingnya Komitmen Politis dan Dukungan Multisektor untuk Pemulihan Penanganan TBC di Masa Pandemi
JAKARTA – Pada 5 April 2021, Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia (STPI), Arifin Panigoro bersama Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Global, Lucica Ditiu bertemu secara virtual dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin untuk menyampaikan pentingnya pemulihan penanganan tuberkulosis (TBC) setahun setelah pandemi COVID-19. Audiensi ini turut dihadiri oleh Maxi Rondonuwu sebagai Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Siti Nadia Tarmizi sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, serta Imran Pambudi selaku Manajer Program Tuberkulosis Subdirektorat TBC Kementerian Kesehatan RI.
Dalam pertemuan tersebut didiskusikan bahwa selama satu tahun terakhir, upaya penanggulangan TBC di Indonesia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang muncul dari hadirnya pandemi COVID-19. Adanya pandemi ini mendisrupsi upaya-upaya pencegahan, pelayanan kesehatan, pengobatan dan pengendalian TBC. Hingga saat ini, progres penanggulangan TBC di Indonesia mengalami turun naik karena fokus yang teralihkan ke penanggulangan pandemi COVID-19.
Mewakili organisasi masyarakat sipil, Arifin Panigoro dalam pengantarnya menyampaikan, “Dukungan politis di Indonesia untuk pemberantasan TBC sudah sangat baik. Namun setelah adanya pandemi, penanganan TBC menjadi terhambat karena sebagian besar perhatian teralihkan untuk penanganan COVID-19. Meskipun begitu, kita terus fokus berupaya pada kerjasama lintas sektor melalui Public Private Community Partnership (PPCP).”
Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership (Global) mengutarakan, “Adanya pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan pelayanan TBC secara global yang menyebabkan upaya penanggulangan TBC mengalami kemunduran 3-5 tahun ke belakang. Kami melihat Indonesia memiliki upaya yang sangat baik dan komitmen tinggi dalam menanggulangi TBC, terutama di masa pandemi ini dan saya mengapresiasi hal tersebut. Kita perlu melakukan pendekatan dua arah untuk lebih dekat dengan masyarakat, membangun kampanye komunikasi dan mobilisasi penanggulangan TBC dan COVID-19, membuat perbaikan dan inovasi program TBC, serta melakukan banyak advokasi. Kami siap membantu dalam mendorong pembiayaan untuk program TBC di Indonesia.”
Lebih lanjut, Lucica Ditiu menyampaikan contoh baik dari India yang telah memiliki data real-time untuk TBC, melakukan pendekatan dua arah dari layanan ke masyarakat dan sebaliknya seperti adanya rangkaian alat portable dalam mobil untuk pemeriksaan awal TBC, termasuk X-ray, GenXpert, tes molekular, dan tes darah sehingga pemeriksaan TBC menjadi lebih dekat dengan masyarakat.
Lucica Ditiu juga memberikan apresiasi pada upaya Indonesia yang baru saja merilis aplikasi Dashboard TBC pada Hari Tuberkulosis Sedunia, 24 Maret 2021. Aplikasi tersebut menyajikan data TBC secara real-time sehingga menjadi langkah baik bagi upaya Indonesia untuk penanggulangan TBC.
Donald Pardede selaku Dewan Penasihat STPI menegaskan, “Dalam upaya penanggulangan TBC, Indonesia menggunakan pendekatan dua arah, yaitu program yang didorong oleh pemerintah dan dari arah yang berbeda didorong oleh komunitas bersama sektor swasta. Selain itu, untuk mengejar ketertinggalan, Subdirektorat Tuberkulosis bersama penerima hibah TB Komunitas (Konsorsium STPI-Penabulu) mengajukan proposal pemulihan TBC di masa pandemi COVID-19 (catch up recovery response). Salah satu strategi pemulihannya adalah penemuan kasus TBC yang tidak bergantung pada Puskesmas tetapi dengan mengajak komunitas dan kader, serta melakukan upaya sinergi dalam penanganan TBC dan COVID-19.”
Menanggapi itu semua, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyampaikan bahwa komitmen dalam menanggulangi TBC harus dimiliki oleh seluruh pihak terutama di lingkungan kementerian. Salah satu langkah yang dilakukan saat ini adalah pembaharuan rencana strategis kesehatan selama 3 tahun ke depan untuk diselaraskan dengan kondisi pandemi COVID-19. Bapak Menteri juga menekankan pada pendekatan tematik dan rencana terintegrasi dari ujung ke ujung, mulai dari pencegahan awal, edukasi, dan imunisasi serta memastikan koordinasi lintas sektor. Kegiatan penanggulangan TBC dialihkan untuk fokus pada preventif dengan tetap memastikan kegiatan kuratif tetap disiapkan untuk kemungkinan terburuk.
Pada akhir pertemuan, Budi G. Sadikin menegaskan komitmennya dalam upaya penanggulangan TBC dan mengajak seluruh pihak untuk diskusi lanjutan guna mendapatkan strategi untuk menurunkan posisi Indonesia sebagai kasus tertinggi kedua di dunia. Selain itu, Bapak Menteri Kesehatan mengajak untuk menjadikan penanggulangan TBC sebagai gerakan bersama menuju pencapaian eliminasi TBC. Penanggulangan TBC tidak dapat dilakukan secara eksklusif oleh Kementerian Kesehatan tetapi harus secara inklusif dengan kolaborasi seluruh stakeholder.
Comments