top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

LKNU-POP TB Suarakan Hak Pasien TBC untuk Kurangi Stigma dan Diskriminasi Melalui Aplikasi OneIMPACT



Jakarta, 24 Agustus 2020 – LKNU dan POP TB Indonesia menyuarakan hak-hak pasien TBC (Tuberkulosis), termasuk diantaranya untuk mengurangi stigma dan diskriminasi melalui aplikasi OneImpact Sehat. Aplikasi ini menyediakan layanan umpan balik secara daring. Aplikasi ini dirancang dengan menggunakan jaringan internet dan smart phone yang mudah pengoperasiannya. Terdapat lima menu utama, yaitu 1). Informasi tentang TBC, 2). Fasilitas Kesehatan Terdekat, 3). Obrolan, 4). Lapor, dan 5). Survey. Menu satu hingga menu tiga dirancang untuk memperkuat pasien TBC dengan berbagai informasi dan layanan terkait TBC, serta memberikan kesempatan berjejaring di antara pasien TBC. Menu keempat, dirancang untuk mendorong pasien TBC dapat melaporkan seluruh keluhan atau kendala yang dihadapi selama mendapatkan layanan TBC. Sedangkan menu kelima adalah survey mengenai penggunaan aplikasi OneImpact Sehat sebagai dasar evaluasi program aplikasi ini.


Aplikasi ini telah melalui ujicoba dan akan terus disempurnakan. Dalam penyempurnaannya aplikasi OneImpact Sehat ini telah dimodifikasi oleh Stop TB Partnership Global sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan sebelum benar-benar dapat digunakan oleh pasien TBC.


Beberapa catatan terkait hasil ujicoba, 86% dari 53 pasien yang diwawancara menyatakan bahwa aplikasi OneImpact Sehat sangat membantu mereka dalam mengetahui informasi TBC. Selain itu berdasarkan dashboard OneImpact Sehat, 40.5% pasien melaporkan efek samping obat menjadi kendala pengobatan, 18.9% mengalami kendala ketersediaan layanan TBC, 14.4% mengalami kendala biaya pengobatan serta 11.7% mengalami stigma. Lebih lanjut, stigma yang dialami termasuk, perlakuan tidak nyaman dari keluarga, petugas kesehatan dan bahkan adanya pasien yang diusir dari lingkungan tempat tinggal dan diberhentikan dari pekerjaan.


Penggunaan aplikasi ini menjadi penting dan mendesak mengingat tuberkulosis masih menjadi penyakit dengan beban tinggi di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan WHO TB Global 2018, di Indonesia terdapat 845.000 orang sakit karena TBC dan 116.000 orang meninggal karena TBC. Persoalan ini menjadi mendesak karena hanya 53% atau 446.732 dari 845.000 yang dilaporkan. Artinya, sisanya masih hilang tidak terlaporkan, atau lebih tepatnya tidak tersuarakan.


The Global Fund (2019) melaporkan bawa kondisi ini semakin berat ketika penderita TBC menghadapi stigma dan diskriminasi dari petugas kesehatan, anggota masyarakat, pemberi kerja, keluarga, serta stigma diri sendiri. Hal ini menjadi hambatan yang signifikan dalam pengujian, diagnosis, perawatan dan kepatuhan pengobatan sehubungan dengan layanan TBC. Selain itu, Spiritia (2018) melaporkan bahwa kurangnya pengetahuan menyebabkan ketakutan dan stigma.


Di lain pihak, pasien TBC kurang menyadari adanya hak-hak pasien yang yang seharusnya tersuarakan agar segera mendapat respon dan solusi. Permasalahan hak asasi manusia ini menjadi inti dari Strategi End TB WHO. Terdapat lima hak asasi yang diperjuangan, yaitu 1). Hak untuk sehat, 2). Hak untuk bebas dari stigma dan diskriminasi, 3). Hak untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan, 4). Hak untuk mendapatkan informasi, dan 5). Hak untuk bebas menentukan pilihan.


Penggunaan aplikasi OneImpact Sehat ini semakin relevan, terutama pada masa pandemi COVID-19 yang sebagian besar mengandalkan aplikasi yang bersifat daring. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Implementasi Protokol TBC Nasional, yang dilakukan oleh STPI bekerjasama dengan Kemenkes RI, LKNU, Aisyiyah, dan POP TB Indonesia, pada 18-26 Mei 2020, menunjukkan angka yang signifikan pada penggunaan ponsel, yaitu 70% petugas kesehatan TBC di Puskesmas, 67% pengelola program TBC kabupaten, dan 48% petugas layanan TBC PMDT menggunakan ponsel (WhatsApp, telpon, SMS/chat) untuk memantau pengobatan pasien TBC. Petugas kesehatan menghubungi kader atau keluarga pasien (45% responden Puskesmas; 38% responden PMDT) atau terus melakukan kunjungan rumah sambil berlatih jarak fisik (41% PMDT responden; 18% responden Puskesmas). Dari survei itu juga terdapat data yang menunjukkan bahwa 55% pasien TB-RO dan 41% kader TBC menemukan informasi TBC melalui media social. Selain itu, terdapat 33% pengelola TBC kabupaten menggunakan media sosial untuk mempromosikan informasi TBC.


Melalui aplikasi OneImpact Sehat ini diharapkan pasien TBC akan menemukan cara yang paling efektif dan efisien untuk menyuarakan hak-hak mereka, terutama untuk mengurangi stigma dan diskriminasi, menyampaikan umpan balik atas seluruh keluhan atau hambatan selama mendapatkan layanan TBC, dan sekaligus sebagai saluran dalam mendapatkan informasi yang benar dan cepat terkait TBC.


Untuk mengunduh aplikasi OneImpact Sehat cukup buka Googla PlayStore, kemudian cari “OneImpact”, atau klik tautan ini:

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.duretechnologies.android.ios.android.maxico

kemudian install atau pasang.


Tentang LKNU

Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), saat ini sedang menjalankan mandat sebagai Sub Recipient (SR) Khusus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak 1 Januari 2018 – 31 Desember 2020 untuk program penanggulangan Tuberkulosis (TBC) dukungan dana Global Fund (GF). Peran utama LKNU, sebagai organisasi masyarakat, adalah untuk mendukung Kemenkes dalam menjalankan Strategi Nasional Penanggulangan TBC, khususnya untuk penemuan kasus TBC, pendampingan pasien dan peran advokasi untuk peningkatan dukungan sumber daya program TBC di kabupaten/kota. Kunjungi www.lkpnbu.org


Tentang POP TB Indonesia

Perhimpunan Organisasi Pasien (POP) TB Indonesia merupakan organisasi pasien berbasis komunitas, non-profit, sosial kemanusiaan yang fokus untuk merespon isu TBC. POP TB mendukung masyarakat dan pemerintah dalam menyediakan layanan TBC yang komprehensif melalui peningkatan kapasitas organisasi pasien dan advokasi untuk mendorong partisipasi dari organisasi masyarakat untuk berkontribusi terhadap program TBC di Indonesia. POP TB bekerjasama dengan LKNU sebagai Sub Sub Recipient (SSR) teknis yang fokus pada program intervensi TBC RO.


KONTAK MEDIA:


Nama: Temy Ramadhan

Email: temyramadan@gmail.com

No HP: 087823468541


Nama: Yulinda Sentosa

Email: yulindasentosa@gmail.com

No HP: 08128412046


Nama: Tunggul Saka Adiddya (Adit)

Email: sakssditya@gmail.com

No HP: 081219965578

73 tampilan0 komentar

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page