Indonesia Raih Apresiasi Dunia Dalam Penanggulangan TBC: Menteri Kesehatan Dorong Komitmen Pengembangan Vaksinasi TBC Global dalam Tiga Tahun ke Depan
dok: Stop TB Partnership
Brasilia, 08 Feb 2024. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menghadiri Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke 37 di Kota Brasilia, Brazil pada 6-8 Februari 2024. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan Sekretariat Stop TB Partnership, dimana acara ini dihadiri Menteri Kesehatan negara-negara terdampak TBC, Direktur Jenderal WHO, Organisasi Masyarakat Sipil, Komunitas Terdampak TBC, Negara dan Lembaga Donor, Organisasi Multilateral, Sektor Swasta dan Penyedia Layanan Swasta.
Sebagai board member dari negara terdampak TBC, Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin berbagi perspektif dan pengalaman dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia, “Indonesia sebelumnya hanya bisa mendeteksi kasus TB sebanyak 400-500 ribu, bahkan turun menjadi sekitar 300 ribu selama pandemi Covid-19. Namun pada tahun 2022 berhasil naik menjadi 700 ribu dan 800 ribu kasus pada tahun 2023. Indonesia masih terus berkomitmen untuk meningkatkan jumlah kasus yang dilaporkan hingga menjadi 900 ribu dari 1 juta perkiraaan kasus TBC pada tahun 2024. Indonesia juga berkomitmen menyediakan pengobatan TBC yang lebih singkat, memperkuat kolaborasi dengan komunitas, serta melakukan inovasi pembiayaan untuk layanan TBC.”
Kehadiran dan keberhasilan Menteri Kesehatan Budi meningkatkan temuan kasus TBC mendapat apresiasi dari Board Member Stop TB Partnership. “Menteri yang hadir hari ini adalah para pemimpin global yang betul-betul peduli terhadap kesehatan masyarakat,” kata Lucica Ditiu, Executive Director STP. Lucica juga menyampaikan apresiasi nya pada negara yang memberikan kontribusi besar pada penemuan orang dengan TBC sehingga berhasil mencapai penemuan orang TBC terbanyak pada tahun 2022 dan 2023.
Tedros Adhanom, Direktur Jenderal WHO yang juga hadir dalam rapat ini menekankan, “Komunitas yang terdampak TBC, organisasi internasional, organisasi masyarakat sipil dan komunitas telah bekerja sama untuk memastikan pendekatan inovatif dalam perawatan TBC, termasuk regimen pengobatan yang lebih pendek dan pengembangan vaksin. Pekerjaan ini perlu terus dilanjutkan untuk mengakhiri TBC,” terangnya.
Sementara itu Tereza Kasaeva, Direktur Program TBC WHO juga menyampaikan beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk mencapai komitmen paska deklarasi rapat tingkat tinggi negara PBB tentang TBC di 2023 termasuk di dalamnya adalah pembentukan Konsil Akselerator Vaksin TBC, dimana Menkes Indonesia terpilih menjadi co-chair.
Jeremy Farrer, Chief Scientist WHO menambahkan, “Percepatan pengembangan vaksin dapat dilakukan dengan adanya dukungan politik, pelibatan komunitas, pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan pengembangan teknologi.”
dok: Stop TB Partnership
Menanggapi semua hal itu, Menteri Budi Sadikin menyampaikan urgensi percepatan terkait penemuan vaksin TBC. “Apabila eliminasi TBC ingin dicapai di 2030 kita hanya memiliki 3 tahun untuk mengembangkan vaksin TBC, agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus.” Menkes Budi juga menyampaikan gagasannya untuk meyakinkan semua anggota negara G20 untuk melakukan investasi yang memadai sehingga vaksin TBC dapat tersedia dalam tiga tahun ke depan.
Prof Erlina Burhan, yang juga merupakan Board Member Stop TB Partnership menambahkan, “Kita harus memastikan aspek kesetaraan, dan memprioritaskan ketersediaan vaksin untuk negara dengan beban TBC tinggi. Belajar dari vaksin Covid-19, jangan sampai negara dengan ekonomi yang lebih rendah terlambat mendapatkan vaksin.”
Saat ini vaksin TBC yang tersedia adalah vaksin BCG yang memberikan perlindungan parsial untuk mencegah TBC yang berat pada bayi dan anak usia dini, namun tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC. Pengembangan vaksin TBC yang efektif untuk semua usia, terutama untuk anak dan orang dewasa diperlukan untuk mencapai 90% penurunan insidens dan 95% penurunan kematian akibat TBC. Vaksin TBC juga berpotensi untuk menahan penyebaran TBC resisten obat. Saat ini beberapa kandidat vaksin TBC yang sedang dikembangkan berpotensi untuk mencegah penyakit TBC pada anak dan orang dewasa, menggantikan atau sebagai penguat vaksin BCG, mencegah kekambuhan pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan, atau untuk memperpendek durasi pengobatan.
Nurul Luntungan Ketua Yayasan Kemitraan Strategis Tuberkulosis Indonesia atau Stop TB Partnership Indonesia berpendapat, “Agar eliminasi TBC dapat tercapai, kita memerlukan dukungan global, kolaborasi multi-sektor, serta kesiapan di level nasional untuk memastikan Indonesia secara aktif terlibat dan mendorong pengembangan vaksin TBC, sebagaimana pengembangan vaksin Covid-19 terbukti dapat dilakukan dalam waktu singkat.”
Fitri Puspadewi, Vice President Komersial Nasional PT Bio Farma menambahkan, “Saat ini Bio Farma memiliki peta jalan jangka menengah dan jangka pendek untuk pengembangan vaksin TBC. Dalam peta jalan jangka menengah, Biofarma bersama dengan Lipotek melakukan pengembangan vaksin TB dengan teknologi liposom yang saat ini sudah melalui uji praklinik dengan hasil yang baik dan akan memasuki uji klinis fase pertama. Dalam peta jalan jangka pendek, Biofarma siap berkolaborasi dengan mitra strategis yang sudah dan akan memasuki uji klinis fase 3, untuk bersama-sama melakukan uji klinis di Indonesia dan produksi di Biofarma.”
Kommentare