top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Hari Tuberkulosis Sedunia 2023: Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!


(Paparan Sesi Ke-2 dalam Sosialisasi Program TBC di @America, Pacific Palace Mall pada tanggal 29 Maret 2023)

Indonesia berada pada posisi ke-2 untuk kasus TBC terbanyak di dunia setelah India. Estimasi kasus TBC di Indonesia sebanyak 969.000 kasus dengan notifikasi kasus sebesar 717.941 atau 74% dari estimasi. Angka tersebut masih dibawah dari target yang telah ditetapkan yaitu 85%, sementara insiden TBC di Indonesia sebesar 354 per 100.000 penduduk yang mengartikan dari 100.000 orang akan ada 354 yang sakit TBC. Angka pengobatan TBC sebesar 85% yang masih sedikit di bawah target yaitu 90%. Beberapa data tersebut menunjukkan bahwa kasus TBC di Indonesia masih cukup eksis dan perlu ditindaklanjuti sehingga diperlukan semua pihak untuk terlibat dalam penanggulangan TBC.


Dalam rangka menyambut Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) tahun 2023, World Health Organization (WHO) dan Stop TB Partnership Global mengangkat tema “Yes! We Can End TB!”. Berdasarkan turunan tema tersebut, Indonesia mengusung tema Hari Tuberkulosis Sedunia 2023 yaitu “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!”. Makna dari tema tersebut telah disesuaikan dengan amanat dari Perpres No.67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis bahwa salah satu mewujudkan keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh semua pihak dan seluruh masyarakat.


Hari Tuberkulosis Sedunia 2023 selalu ditetapkan pada tanggal 24 Maret. Sejarah awalnya dimulai dari Robert Koch yang menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis di tanggal tersebut melalui mikroskopnya. Kemudian HTBS menjadi momen spesial yang diperingati setiap tahunnya. Berbagai kegiatan dilakukan mulai dari perlombaan hingga konten TBC di kanal kesehatan. Dengan tema “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!” memiliki kekuatan bahwa dalam mengakhiri TBC bukanlah tanggung jawab tenaga kesehatan saja, namun semua pihak termasuk kementerian/lembaga, pemerintah provinsi hingga tingkat desa, masyarakat di seluruh lapisan dan juga media.


Keterlibatan semua pihak menjadi penting dengan menerapkan perannya masing-masing. Hal termudah yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan mengedukasi diri terkait TBC, mulai dari apa itu TBC, bagaimana penularannya juga pengobatannya. Salah satu kegiatan memperingati HTBS 2023 adalah Sosialisasi Program TBC kepada siswa, pendidik dan tenaga pendidik yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dengan USAID di @America Pacific Palace Mall pada 13.00 - 15.30 WIB. Sosialisasi program TBC yang dimaksud yaitu memberikan edukasi seputar kondisi Tuberkulosis di Indonesia, pengenalan penyakit Tuberkulosis, sosialisasi program Sekolah Peduli TBC, sharing session bersama penyintas TBC dan strategi komunikasi dalam menghempaskan stigma pada penyakit TBC.


Sosialisasi dimulai dengan paparan sesi pertama oleh dr. Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur P2PM Kemenkes RI dan dr. Madeleine R. Jasin, Sp. A (K) selaku Ketua Unit Kerja Respirologi IDI DKI Jakarta yang dimoderatori oleh dr. Farhan Zubedi selaku TikDok Indonesia. Dalam paparan tersebut kedua pemateri memberikan saran kepada para pemuda untuk bisa berperan dalam pengendalian TBC, diantaranya: mengetahui TBC secara keseluruhan, mulai dari bagaimana penularan, bagaimana pencegahan dan pengobatan serta stigma yang sering muncul, selain itu juga bisa membuat mading-mading kesehatan di sekolah seputar TBC, puisi seputar TBC atau bisa masuk organisasi TBC dan kelompok penelitian tentang TBC di sekolah atau kampus jika sudah masuk ke universitas.


Sesi kedua diisi oleh dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA selaku Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI yang menyampaikan terkait Sekolah Peduli TBC yang sudah dijalankan di beberapa titik di sekolah terpilih. Beberapa kegiatan dalam program tersebut diantaranya edukasi seputar TBC di sekolah dan skrining TBC sebelum masuk sekolah dengan menggunakan aplikasi Sobat TB yang ditindaklanjuti jika hasilnya merah akan diarahkan ke Puskesmas. Selain itu, pemateri lainnya adalah Dra. Wenita Indrasari, Psi, MPH., M.Si selaku Chief of Party USAID Prevent TB yang menyampaikan seputar komunikasi yang baik untuk memberikan dukungan pada pasien TBC apabila terjadi di sekolah, diantaranya: memberikan dukungan, cinta dan semangat dari orang-orang sekitar termasuk teman kelas untuk keberhasilan pengobatan.


Farahdiba Zalika Fatah selaku Penyintas TBC juga mengisi pada sesi kedua yang memberikan pengalamannya selama menjalani pengobatan TBC. Ia merupakan penyintas TBC XDR yang melakukan pengobatan selama kurang lebih 3 tahun. Dalam sesi tersebut Ia berpesan bahwa “Siapapun pasien TBC yang ada disekitar kita jangan dijauhi. Jauhi penyakitnya, bukan orangnya. Contoh lain adalah bertanya lewat WA seperti udah minum obat belum? Serta memasang story di WA terkait informasi TBC atau bisa juga aktif dalam organisasi TBC” ungkap Farah yang dikenal sebagai Aya oleh orang terdekatnya.


Pada akhirnya setiap pasien TBC memiliki hak untuk mendapatkan dukungan sosial dari orang disekitarnya. Dalam rangka HTBS ini, yuk terus semangat dalam eliminasi TBC 2030 karena “Yes, We Can End TB!” termasuk hal kecil yang kita lakukan seperti mengenali TBC sejak dini. Sebagai referensi, Stop TB Partnership Indonesia juga menyediakan informasi seputar TBC. Kamu bisa berkunjung ke website STPI disini atau media sosial STPI disini. Jadi, yuk bersama-sama rayakan Hari TBC Sedunia 2023 dengan versimu 🙂.


1.306 tampilan0 komentar

Comments


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page