top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Dukungan Untuk Atasi Hambatan Akses Pendampingan Pengobatan Pasien TBC Resisten Obat di Masa Pandemi




Jakarta, 10 September – Dunia termasuk Indonesia saat ini mengalami tantangan besar dalam isu kesehatan masyarakat. Pada tahun 2018, dunia menanggung beban 10 juta orang jatuh sakit TBC dan Indonesia berkontribusi sekitar 10% dari beban tersebut atau berjumlah 845.000 (WHO, 2019)[1]. Situasi tersebut semakin berat, ketika lebih dari 200 negara di dunia dan termasuk Indonesia terimbas pandemi Covid-19 (worldometers.info, 2020)[2]. Informasi yang dilansir di covid.19.go.id menunjukkan setiap hari jumlah orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia terus meningkat.


Peningkatan tersebut berdampak pada kemampuan sumber daya kesehatan untuk penanggulangan penyakit lainnya. Salah satu dampaknya pada penanggulangan TBC adalah dalam memastikan pasien berobat sampai tuntas. Stop TB Partnership Indonesia (STPI) memberikan dukungan hibah smartphone untuk 200 pasien dan 20 pendamping pasien TBC RO melalui perkumpulan organisasi pasien TBC atau POP TB Indonesia yang berkolaborasi dengan Lembaga Kesehatan Nahdhatul Ulama (LKNU) dalam membangun program penguatan pendampingan pasien TBC RO secara virtual di masa pandemi Covid-19.





Dalam pembukaan ‘Kick-Off Program Penguatan Pemantauan Kepatuhan Pengobatan Pasien TBC RO’, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia, Heny Akhmad, menegaskan, “Keberhasilan pengobatan TBC RO saat ini berada di 50% dan beresiko untuk menurun jika pasien putus pengobatan di masa pandemi karena tidak menerima dukungan psikososial. Mereka yang putus pengobatan juga dapat menjadi sakit XDR-TB yang lebih sulit diobati. Kolaborasi ini merupakan wujud solidaritas antar organisasi masyarakat sipil kepada masyarakat yang terdampak TBC RO di Indonesia.”


dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan RI yang membuka pertemuan ini menyampaikan, “Presiden Jokowi sudah mencanangkan Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030, ini tugas yang berat bagi kita bersama. Kita baru menemukan 564.000 dari 845.000 kasus TBC dan TBC RO pun meningkat, kita harus mengevaluasi upaya kita dan mengejar eliminasi TBC 2030 . Sejak pandemi, Subdit TB sudah mengeluarkan protokol supaya layanan TBC terus berjalan. Obat dapat diberikan dalam interval waktu yang lebih lama untuk mengurangi kontak fisik di layanan tetapi tentu ada tantangan dalam akses pendampingan secara virtual. Kolaborasi ini adalah terobosan untuk mendukung ketaatan pengobatan pasien TBC RO di masa pandemi.”


Dalam pertemuan ini dr. Imran Pambudi, Kepala Subdirektorat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menjelaskan, “Di Indonesia, ada 23.000 pasien TBC RO baru setiap tahun tetapi baru setengahnya ditemukan dan lebih sedikit lagi yang memulai pengobatan. Di masa pandemi ini, ada 91 pasien TBC sedang dirawat karena COVID-19. Dan, dari informasi di Provinsi, diketahui 35 pasien TBC meninggal karena COVID-19. Perpres TBC yang sedang disiapkan dan dengan peningkatan anggaran untuk TBC di 2021, kita harus berupaya menurunkan insiden dan kematian karena TBC meskipun pelayanan kesehatan sangat terdampak COVID-19. Sangat penting untuk memanfaatkan teknologi digital seperti aplikasi dalam memastikan pasien tetap berobat.”


“Kriteria penerima bantuan hibah smartphone ini adalah pasien TBC RO yang tidak memilikki sarana yang sangat dibutuhkan di masa pandemi COVID-19. Kolaborasi ini diharapkan menjaga kepatuhan pasien berobat di masa pandemi COVID-19. Smartphone ini akan dipinjamkan kepada pasien dari organisasi pasien PETA (Jakarta), PANTER (Malang), TERJANG (Jawa Barat), dan REKAT (Surabaya). Artinya, sarana ini adalah asset bersama komunitas pasien TBC RO. Dengan dukungan ini kami berharap menerima lebih banyak umpan balik dari pasien-pasien TBC RO tentang kendala mengakses layanan kesehatan melalui OneImpact Sehat”, menurut Budi Hermawan, Ketua POP TB Indonesia.


Dr. Esty Febriani, Senior Technical Advisor Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama juga menyampaikan pentingnya umpan balik dari pasien untuk meningkatkan kualitas program TBC. “Aplikasi OneImpact Sehat yang disediakan di smartphone akan digunakan sebagai wadah untuk mendengar tanggapan dari orang terdampak TBC supaya kita dapat menanggapi kebutuhan pasien berdsarkan umpan balik mereka. Ketika ada kendala-kendala di layanan atau pendampingan yang terekam di aplikasi, hasilnya dapat kita advokasi guna meningkatkan ketersediaan, akses, penerimaan, serta kualitas program TBC”, ucap beliau.



Daftar pustaka [1] Global TB Report 2019, World Health Organization [2] https://www.worldometers.info/coronavirus/countries-where-coronavirus-has-spread/ Unduh Presentasi Paparan disini



130 tampilan0 komentar

Σχόλια


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page