CEGAH BALITA DARI TBC DENGAN TPT
Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) menjadi 3 penyebab kematian di dunia (WHO, 2019). Menurut Global TB Report WHO 2023 diperkirakan terdapat 10,6 juta orang di seluruh dunia terjangkit Tuberkulosis (TBC). Sementara itu, pada 2023 diperkirakan terdapat 1.060.000 kasus TBC di Indonesia dan hal ini meningkat dari tahun sebelumnya (969.000). Indonesia pun menjadi penyumbang nomor urut ke-2 dunia dengan kasus TBC terbanyak (WHO, 2023). Persentase keberhasilan pengobatan masih stagnan di angka 86% pada 2021-2023 sementara kasus TBC terkonfirmasi yang terlaporkan baru 86% artinya terdapat 14% kasus TBC yang belum ditemukan dan diobati (Kemenkes RI, 2023). Selain itu, jumlah orang kontak dengan pasien TBC yang memulai Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) masih 2,5% dari target 50% (Kemenkes RI, 2023).
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) adalah obat pencegah terjadinya TBC aktif pada kelompok rentan, seperti anak-anak yang serumah dengan pasien TBC, Orang dengan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dan HIV/AIDS. Penelitian menunjukkan 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif dalam jangka waktu 5 tahun, sehingga pencegahan TBC dengan TPT pada kontak erat maupun Orang dengan ILTB dan HIV/AIDS sangat diperlukan guna mencegah terjadinya ledakan kasus TBC di masa yang akan dating (Kemenkes RI, 2020).
Data cakupan pemberian TPT masih sangat rendah, baru menyentuh di angka 2,5% di tahun 2023 dan hal ini masih sangat jauh dari target 50% (Kemenkes RI, 2023). Sementara itu, pemberian TPT pada anak dibawah 5 tahun yang serumah dengan pasien TBC baru mencapai 6.080 atau sekitar 8,5% (Kemenkes, 2018). Target cakupan TPT untuk anak usia 0-5 tahun pada tahun 2020 di Indonesia adalah 40% namun dalam capaiannya masih terealisasi capaiannya sebesar 1,6% dan target cakupan TPT pada anak usia 0-5 tahun pada tahun 2021 adalah 50% dengan realisasi capaiannya sebesar 0,9% (Kementerian Kesehatan 2021)
Pentingnya anak diberikan TPT dikarenakan anak yang tinggal bersama pasien TB paru dewasa akan terinfeksi TBC sebesar 50 – 60%, selain itu anak yang sudah terinfeksi akan berisiko berkembang menjadi sakit TBC sebesar 10%. Kemudian infeksi TBC pada balita berisiko tinggi menjadi TBC yang parah, misalnya TBC meningitis atau TBC milier. Pemberian TPT akan menurunkan risiko menjadi sakit TB sebesar 60% (Kementerian Kesehatan, 2016).
Penyebab rendahnya cakupan pemberian TPT pada masyarakat salah satunya adalah masih terjadi penolakan yang datang dari orang tua/wali/keluarga anak dengan faktor risiko TBC yang kontak erat atau tinggal serumah dengan pasien TBC (Kemenkes RI, 2022). Safitri dkk (2023) menunjukkan masyarakat yang belum paham tentang TPT cenderung menolak diberikan TPT karena mereka tidak terbukti sakit TBC namun harus minum obat. Permasalahan lain terkait pemberian TPT adalah tingkat kepatuhan dan penyelesaian terapi yang masih rendah (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan uraian penyebab masalah rendahnya pemberian TPT pada anak adalah kurangnya pemahaman orang tua terhadap pentingnya TPT, maka perlu dibuat intervensi dalam hal promosi kesehatan agar dapat mendukung eliminasi TBC di tahun 2030.
Theory of Planned Behavior akan menjadi acuan dalam pembuatan perencanaan dan evaluasi program promosi yang akan dibuat dengan judul “Cegah Balita dari TBC dengan TPT”. Menurut Bosnjak (2020) teori ini sangat berguna karena memperhatikan faktor sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang semuanya dapat berpengaruh terhadap niat serta perilaku seseorang.
Tabel 1. Kegiatan Program Cegah Balita dari TBC dengan TPT
Kegiatan | Tujuan | Sasaran | Waktu & Tempat | Biaya | Penanggungjawab | Indikator Keberhasilan |
Tatalaksana pemberian TPT pada anak | Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan terkait pemberian TPT pada anak sesuai dengan petunjuk teknis TPT | Tenaga kesehatan di Puskesmas | Pada hari senin di jam pelayanan puskesmas, tenaga kesehatan yang bertugas memberikan TPT akan dilatih terlebih dahulu selama 2 jam 4 sesi (30 menit per sesi) dengan materi:
| Biaya narasumber 1.500.00 per orang x 4 = 6.000.000 | Petugas dinas kesehatan | Tenaga kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan dengan melakukan pre dan post test |
Penyuluhan pentingnya TPT pada anak |
| Orang tua/wali pada anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC dewasa | Pada hari Selasa di pagi hari selama 1,5 jam dalam 3 sesi(30 menit per sesi) dengan materi:
| Biaya narasumber 1.500.00 per orang x 3 = 4.500.000 | Tenaga promosi kesehatan |
|
Parenting: membujuk anak agar mau minum obat | Meningkatkan keterampilan orang tua/wali dalam memberikan TPT pada anak agar tidak mengalami terjadinya GTM (Gerakan Tutup Mulut) saat diberikan TPT | Orang tua/Wali pada anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC dewasa | Pada hari Rabu pagi selama 1 jam 1 sesi dengan materi: cara efektif memberikan obat pada anak | Biaya narasumber: 1.500.000 | Tenaga promosi kesehatan | Orang tua/wali mengalami peningkatan keterampilan dalam memberikan obat pada anak yang efektif |
Peningkatan kapasitas cara meningkatkan nafsu makan anak | Meningkatkan kapasitas orang tua/wali terkait cara meningkatan nafsu makan pada anak yang sedang minum TPT agar mengalami peningkatan berat badan dalam mempercepat penyembuhan | Orang tua/Wali pada anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC dewasa | Pada hari Rabu siang selama 1 jam 1 sesi dengan materi: Rahasia agar si kecil jadi lahap | Biaya narasumber: 1.500.000 | Tenaga promosi kesehatan | Orang tua/wali mengalami peningkatan keterampilan dalam meningkatkan nafsu makan pada anak |
Demo masak makanan bergizi | Meningkatkan konsumsi makanan bergizi pada anak agar mengalami peningkatan berat badan dalam mempercepat penyembuhan | Orang tua/Wali pada anak yang tinggal serumah dengan pasien TBC dewasa | Pada hari Rabu siang selama 2 jam 1 sesi dengan praktik memasak makanan yang bergizi dan disukai oleh anak-anak | Biaya fasilitator 1.500.000 dan kebutuhan memasak 500.000 | Tenaga promosi kesehatan | Orang tua/wali memahami cara memasak yang benar agar gizi makanan terjaga dan mengolahnya menjadi makanan yang disukai anak-anak |
Tabel 2. Timeline Kegiatan
Kegiatan | Bulan ke- dalam tahun 2024 | |||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | |
Identifikasi permasalahan | ||||||||
Penetapan prioritas masalah | ||||||||
Perencanaan dan pengembangan program | ||||||||
Membentuk jejaring bersama mitra dan media | ||||||||
Pelaksanaan program | ||||||||
Monitoring dan evaluasi program |
Tabel 3. Indikator Monitoring dan Evaluasi Program Cegah Balita dari TBC dengan TPT
Input | Proses | Output | Outcome |
2. Dana yang memadai dalam menjalani proses kegiatan 3. Adanya sumber daya yang mendukung dalam memberikan pelatihan maupun yang melatih para orang tua/wali |
|
|
|
Referensi:
Bosnjak, M., Ajzen, I., & Schmidt, P. (2020). The theory of planned behavior: Selected recent advances and applications. Europe’s Journal of Psychology, 16(3), 352–356. https://doi.org/10.5964/ejop.v16i3.3107
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Factsheet: Akselerasi Menuju Eliminasi TB Di Indonesia Tahun 2030. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI; 2018.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. ISBN 978-602-416-957-2.
Kementerian Kesehatan RI. 2022. Siaran Pers: Membangun Gerakan Bebas TBC: “Biar Saya Saja yang Sakit (TBC), Anak Saya Jangan (Harus Tetap Sehat)” pada 3 Oktober 2022.
Kementerian Kesehatan RI. 2023. Dalam paparan: Update Kebijakan Program TBC dalam Pelibatan Fasyankes TNI-Polri pada 27 Februari 2024.
Numbeo. 2024. Quality of Life Index by Country 2024. Dapat diakses pada https://www.numbeo.com/quality-of-life/rankings_by_country.jsp.
Safitri, dkk. 2023. Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Terapi Pencegahan TB di Kabupaten Tegal. Jurnal Riset Kesehatan Masyarakat. ISSN: 2807-8209 DOI: 10.14710/jrkm.2023.20670.
WHO. 2019. The top 10 causes of death. Diakses pada https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death
Commentaires