top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Siaran Pers - Stop TB Partnership meluncurkan: Rencana Global Terbaru untuk Memberantas TBC, US$2,5


Peluncuran Grant "Challenge Facility Civil Society" terbesar, di Jakarta; dari kiri ke kanan : Dr. Lucica Ditiu, Executive Director Stop TB Partnership; Cheri Vincent, Chief, TB Division USAID; Ir. Arifin Panigoro, Chairperson of the Board of Trustees STP Indonesia; Olive Mumba, Executive Director of the Eastern Africa National Networks of AIDS and Health Service Organizations

Menghentikan Epidemi TBC perlu Investasi Besar Jutaan Dolar, Sumber Daya, dan Kemauan Politik — Jutaan Jiwa Bisa Terselamatkan atau Meninggal Setiap Tahun

JENEWA / JAKARTA (10 Desember 2019) — Stop TB Partnership hari ini meluncurkan Rencana Global untuk Memberantas TBC 2018-2022, dengan menyediakan pendanaan sebesar US$2,6 miliar per tahun untuk penelitian dan pengembangan alat baru untuk diagnosa, obat-obatan baru, dan vaksin baru TBC, dan US$13 miliar per tahun untuk pengobatan dan pencegahan TBC. Dengan Rencana Global baru, Stop TB Partnership juga menyediakan US$2,5 juta, pendanaan terbesar untuk proposal yang dapat diajukan oleh organisasi akar rumput sebagai bagian dari respon terhadap TBC dan penanganan baru obat TBC resisten obat yang ramah anak.

Pada September 2018, Kepala Negara dan Pemerintahan berkumpul di PBB dengan komitmen mencanangkan beberapa target besar dalam upaya pemberantasan TBC. Tak seperti rencana lima tahunan sebelumnya, Rencana Global terbaru 2018-2022 sengaja disesuaikan dengan target dari Pertemuan Tingkat Tinggi PBB (UNHLM) tentang TBC dan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Jika Rencana Global itu mendapatkan pendanaan penuh dan diimplementasikan, berbagai negara dapat mencapai target yang dicanangkan UNHLM untuk tahun 2022, termasuk pengobatan untuk 40 juta penderita TBC, termasuk 3,5 juta anak-anak dan 1,5 juta penderita TBC resisten obat. Hal ini akan menurunkan kematian akibat TBC kurang dari 1,5 juta, dan keuntungan investasi akan meningkat US$44 setiap pengeluaran US$1. Di sisi lain, penundaan pendanaan penelitian dan pengembangan TBC selama lima tahun akan mengakibatkan kematian kira-kira lebih dari 2 juta jiwa ditambah 13,9 juta orang yang mengidap TBC.

Besarnya pendanaan tak sebanding komitmen politik

Pendanaan sangat penting. Untuk mencapai tujuan ini, US$13 miliar setiap tahun diperlukan secara global untuk pengobatan dan pencegahan TBC — diestimasikan dua kali lipat dari besarnya investasi saat ini. Dan sebesar US$2.6 miliar diperlukan tiap tahun untuk penelitian dan pengembangan diagnosa, obat, dan vaksin baru — diestimasikan tiga kali lipat dari besarnya investasi saat ini.

Banyak negara akan mengalami kesulitan memenuhi besarnya pendanaan ini. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi, BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) dan negara-negara berpenghasilan menengah ke atas dapat memanfaatkan anggaran dalam negerinya untuk memenuhi pendanaan yang diperlukan, negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah akan memerlukan pendanaan tambahan eksternal. Global Fund untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria mencapai hampir 80% dana untuk program TBC, tetapi dana yang turun sangat kecil dibanding besarnya kebutuhan sebenarnya, dengan total US$840 juta / tahun.

Hal ini akan diumumkan di Indonesia, salah satu dari tiga negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, dengan hampir satu juta orang terkena penyakit ini setiap tahun. Dalam Rencana Strategis Nasional 2016, Kementerian Kesehatan Indonesia berjanji untuk memberantas TBC hingga 2030.

Pediatric- DR TB

Dalam acara itu, Fasilitas Obat Global (Global Drug Facility/GDF) Stop TB juga secara resmi meluncurkan Inisiatif Pediatrik TB Resisten Obat (Pediatric Drug-Resistant TB Initiative). Dari sekitar 1,1 juta anak di bawah 15 tahun yang menderita TBC di seluruh dunia pada 2018, sekitar 32.000 mengidap TB-DR. Dari jumlah itu, kurang dari 5% didiagnosis dan mendapatkan pengobatan. Bahkan, jumlah anak berusia di bawah lima tahun yang mendapat pengobatan kurang dari itu.

Hingga akhir-akhir ini, hanya 500 anak-anak seluruh dunia yang menderita TBC resisten obat mendapat pengobatan, dan mereka yang dirawat diberi obat-obatan untuk orang dewasa. Namun, anak-anak memerlukan formulasi berbeda dalam pengobatan dibanding orang dewasa — yang disesuaikan takaran obat untuk anak-anak sehingga dapat diberikan lebih mudah, misalnya obat larut dalam air daripada harus dihancurkan dan dicampur. Karena sedikitnya jumlah anak-anak yang menderita TBC resisten obat didiagnosis dan diobati di seluruh dunia, mendapatkan formulasi baru untuk dikembangkan, diproduksi dan didistribusikan masih sulit.

Pediatric Drug-Resistant TB Initiative ini bertujuan untuk memastikan akses pengobatan bagi anak-anak yang menderita salah satu penyakit paling mematikan di dunia. GDF bersama dengan Proyek Sentinel tentang Pediatric DR-Tuberculosis bekerja untuk mengidentifikasi negara-negara mana yang lebih dulu dapat mengimplementasikan formulasi pediatrik baru secara cepat dan memenuhi permintaan mereka, sehingga pengenalan obat-obatan penyelamat jiwa ini di negara-negara itu hanya perlu waktu kurang dari 12 bulan.

Obat yang harus diminum, larut dalam air dan beraroma sudah ada di 56 negara dan diperkenalkan di Haiti dan Nigeria, — dapat dipakai untuk mengganti dosis tablet untuk orang dewasa yang harus dihancurkan atau dibelah sehingga tingkat pengobatan yang tepat dapat dipenuhi dan mengganti injeksi dengan efek samping yang mengerikan dan permanen. GDF juga dapat menegosiasikan penurunan harga yang signifikan berkisar 30% hingga 85%, tergantung obat-obatan yang digunakan.

Pada 2019 saja, Stop TB GDF telah menyediakan lebih dari 1.100 pengobatan bagi anak-anak yang menderita drug-resistant TB seluruh dunia, lebih dari dua kali lipat jumlah anak di bawah lima tahun yang secara historis diberi pengobatan setiap tahun akibat DR-TB.

Namun, dunia masih jauh dari target UNHLM 2018 mengenai TBC dan target Rencana Global untuk memberantas TBC dengan mengobati 115.000 anak penderita TBC resisten obat hingga tahun 2022, termasuk 47.000 anak-anak yang membutuhkan formulasi baru yang ramah anak ini.

Jangkauan ke akar rumput perlu kucuran dana

Stop TB Partnership juga mengundang masyarakat akar rumput dan masyarakat madani yang menderita TBC untuk mengirimkan proposal dengan disediakan pendanaan yang besar.

Diperkirakan 30% dari 10 juta orang yang menderita penyakit TBC pada 2018 tidak memiliki akses atau mendapatkan pengobatan yang layak. Proposal ini juga ditunggu karena kita mengakui bahwa kita tidak dapat menjangkau penduduk yang rentan terhadap penyakit ini kecuali kita bekerjasama dengan komunitas yang terpapar TBC dan organisasi yang mendukung mereka. Hanya melalui kolaborasi dengan organisasi-organisasi seperti ini kita dapat memberantas TBC.

Didukung oleh USAID dan Global Fund untuk Memberantas AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, setiap hibah akan berkisar antara US$25.000 dan 150.000 USD untuk mendanai kegiatan selama 12 bulan.

Challenge Facility for Civil Society grant mechanism akan mendanai proposal yang mengatasi hambatan dalam layanan pemeriksaan dan pengobatan; mempromosikan hingga menjangkau masyarakat, pendidikan dan advokasi; memberi bantuan hukum terhadap diskriminasi sistemik; dan memfasilitasi pemantauan respon menangani TBC, meminta pertanggungjawaban pemerintah atas komitmen yang dibuat dalam deklarasi PBB tentang TBC.

Proposal diharapkan dari 14 negara dengan beban TBC tinggi: Bangladesh, Kamboja, Kongo, India, Indonesia, Kenya, Mozambik, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Filipina, Afrika Selatan, Tanzania, dan Ukraina. Juga termasuk wilayah ini: Anglophone Afrika, Francophone Afrika, Asia, Amerika Latin dan Karibia dan Eropa.

Pada tahun 2018, sepuluh juta menderita TBC dan 1,5 juta orang meninggal karena penyakit itu, sehingga hal itu berpengaruh besar terhadap kesehatan manusia dan ekonomi di negara-negara seluruh dunia. Sekitar 30% infeksi baru tidak terdeteksi dan tidak terpantau, dan epidemi TBC tidak akan pernah sepenuhnya terkontrol sampai semua infeksi terlacak dan ditangani.

Kredit Siaran Pers - Didi Sulistiyono

Untuk informasi atau wawancara lebih lanjut, hubungi:

Anne-Marie Schryer-Roy di aschryer-roy@burness.com atau +254 727305525

Kadira Malkoc di kadiram@stoptb.org atau +41 79 823 49 29


54 tampilan0 komentar

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page