top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

TB Escape: Squid Game on TB

“Lampu hijau... Lampu merah.”Suara nyaring itu mengendalikan seluruh arena. Mereka yang bergerak saat lampu merah, akan jatuh. Gugur.


Di dunia nyata, suara itu tak terdengar. Tapi nyawa tetap berguguran, pelan, diam-diam, dan sering kali dilupakan. Mereka bukan peserta permainan. Mereka adalah pasien TBC.


Dalam dunia Squid Game, permainan ini dilandasi oleh pemenuhan kepuasan para kalangan elit yang menyasar kalangan bawah. Di dunia  TBC bukan elit bangsawan maupun elit global yang disebut “konspirasi” untuk menggugurkan kalangan bawah, tapi bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis.


Seperti di permainan 3 series ini, pemainnya lebih banyak berasal dari kalangan yang kesulitan di bidang ekonomi seperti terjerat hutang tidak mampu bayar, atau golongan miskin yang sulit memenuhi kebutuhan hidup. 


Sama seperti squid game, penyakit TBC bisa menyasar siapapun terutama mereka yang sulit mencukupi kebutuhan dasar terstandar seperti rumah padat hunian, kumuh, kurang mampu memenuhi gizi, hingga sulitnya mengakses layanan kesehatan. 


Penderitaan semakin terasa, para pemain squid game ada yang ingin keluar namun karena skor seri dengan yang ingin melanjutkan permainan maka mereka tetap terperangkap. Sama seperti pasien TBC yang terkadang diantara mereka harus ada yang memilih antara berhenti bekerja dan fokus menjalani penyembuhan atau tetap bekerja dengan menyembunyikan status TBC-nya. Mau bekerja ataupun tidak, jika Ia tidak menyelesaikan pengobatan maka akan tetap dibawah rasa pedihnya TBC yang menjerat.


Meskipun permainan squid game banyak yang dapat dipetik dan diibaratkan dalam dunia TBC, namun kita juga mesti belajar dari sistem permainan squid game yang hebat luar biasa. Kita belajar bahwa dengan sistem yang besar, terstruktur dan tersistematis seperti permainan squid game maka permainan tidak mudah dibongkar bahkan oleh kepolisian.


Kita bisa meniru sistem mereka dengan menguatkan layanan TBC, mendukung pasien yang tidak mampu dengan memberikan perlindungan sosial yang mudah seperti kebutuhan pokok, atau sekedar memberikan dukungan sosial agar mereka tidak merasa sendirian. 


Bila di squid game ada Gi-hun yang rela berkorban untuk pemain 222, maka ada para kader TBC yang rela mendedikasikan dirinya untuk memantau pasien tetap minum obat. Tak peduli hujan, panas, atau rasa lelah yang mendera. Mereka datang bukan karena uang. Tapi karena rasa peduli.


Dan kalau boleh, aku ingin melanjutkan kata-kata Gi-hun yang belum selesai saat Ia berkata, “Humans are…”Maka aku akan menyelesaikannya:


"Humans are sacrificial."


Dan mungkin dari pengorbanan itulah harapan bisa tumbuh kembali. Bahkan dalam permainan sekejam TBC.


Comments


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Klinik JRC-PPTI, Jl. Sultan Iskandar Muda No.66A Lt 3, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Telp: +62 852-8229-8824

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page