top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

HTBS 2021: STPI, Subdit TB Kemenkes RI Bersama Mitra Selamatkan Bangsa Menuju Indonesia Bebas TBC




JAKARTA – Pada Rabu (24/3), Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dengan mitra-mitra yang bergerak dalam upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) bersama mendukung Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret setiap tahunnya. Dengan tema dunia ‘The Clock Is TIcking’, Indonesia mengadakan serangkaian kegiatan yang bertemakan ‘Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis!’ salah satunya melalui pertemuan dan webinar yang diselenggarakan bersama dengan Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) untuk menunjukkan komitmen bersama dalam mengakhiri TBC dan stunting.


Mengacu pada WHO Global TB Report tahun 2020, 10 juta orang di dunia jatuh sakit karena tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam (WHO Global TB Report, 2020). Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.


Upaya penanggulangan TBC di Indonesia dapat dikatakan menemui banyak tantangan, diantaranya dengan munculnya pandemi COVID-19 sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi. Kondisi ini menyebabkan mereka rentan tertular TBC, hal ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC.


Indonesia berkomitmen melakukan pencegahan TBC dimulai dari diri sendiri dan keluarga sesuai dengan arahan Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin pada pertemuan Hari TBC Sedunia. Dalam sambutannya Wakil Presiden menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals atau SDGs. “Saya juga mendukung sepenuhnya peringatan Hari TBC Sedunia ini untuk memperkuat komitmen kementerian/lembaga lain untuk eliminasi TBC. Saya juga mengharapkan agar dunia usaha dan akademisi perlu berperan lebih aktif dan menghasilkan terobosan-terobosan inovatif untuk penyediaan alat-alat kesehatan dan pengobatan dengan harga yang lebih terjangkau agar penanggulangan tuberkulosis berkelanjutan secara efektif dan efisien,” pesannya.


Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi G. Sadikin, menyampaikan komitmen Indonesia dalam mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu menurunkan insiden TBC menjadi 65/100.000 penduduk agar tetap berjalan sesuai dengan trek yang seharusnya. “Kita harus terus melakukan tindakan promotif preventif dibidang TBC ini, sambil kita melaksanakan aksi-aksi atau program yang sifatnya kuratif,” kata Menkes.


Belajar dari pandemi COVID-19, persoalan data menjadi hal mendasar yang penting untuk diperhatikan. Menkes menegaskan akan terus berupaya menghadirkan data TBC yang akurat, terstruktur dan terkini, sehingga stakeholder terkait memiliki informasi yang lengkap sebagai dasar pengambilan keputusan.


Diungkapkan oleh Menkes, penanggulangan TBC di Tanah Air perlu dukungan dari seluruh elemen bangsa termasuk masyarakat sendiri. “Tidak mungkin kita sukses mencapai angka 65/100.000 dengan hanya membuat program tanpa kita membangun gerakan dimana semua komponen bangsa bisa menyumbangkan modal sosial yang mereka miliki untuk mengatasi masalah ini,” tutur Menkes.


Terkait upaya yang dilakukan Kemenkes, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam sambutannya menekankan, “Strategi penanggulangan Tuberkulosis melalui pendekatan sektor kesehatan saja ternyata tidaklah cukup, jajaran multisektor harus terlibat dengan berbagai intervensi pengendalian faktor risiko, baik dalam peningkatan derajat kesehatan perseorangan hingga kepada pengendalian infeksi TBC di ruang publik.”


Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Global Tuberculosis Programme WHO, Tereza Kasaeva, yang mengapresiasi kepemimpinan Pemerintah Indonesia dalam usaha penanggulangan TBC. Disampaikan dalam pidatonya bahwa kolaborasi multisektor yang dilakukan untuk menanggulangi TBC di Indonesia dapat dijadikan sebuah percontohan dan acuan untuk penanggulangan TBC di negara lain.


Bapak Ir. Arifin Panigoro selaku Ketua Dewan Pembina STPI juga menyampaikan bahwa kita perlu menyelaraskan upaya penanganan TBC dengan respon COVID-19 dengan mengajak keterlibatan lintas sektor. “Hal ini penting adanya untuk pemulihan program TBC. Unsur masyarakat perlu mendukung pasien berobat sampai sembuh di masa pandemi. Tentunya, pemerintah pusat serta daerah perlu merumuskan kebijakan dan sumber daya untuk melindungi para relawan TBC dari COVID-19 sehingga merasa aman dalam berkegiatan. Sektor swasta pun perlu terus mempromosikan pencegahan dan pengendalian TBC terutama di lingkungan kerja.”


Momen Hari TBC Sedunia ini diharapkan dapat menjadi sebuah momen bersama baik seluruh masyarakat, pemangku kepentingan, sektor swasta, hingga tenaga pendidik untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap isu TBC dan mendukung pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Bebas TBC dengan terus menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan makanan yang bergizi, serta menjaga diri dan keluarga dari TBC. Karena setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan bangsa dari Tuberkulosis.


Saksikan siaran ulangnya disini


###

133 tampilan0 komentar

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page