top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Hari Pangan Sedunia: Piring Kosong di Meja Eliminasi TBC

ree

Di sebuah ruang tunggu rumah sakit aku menatap seorang perempuan yang duduk di depanku. Berbadan kurus, lusuh, dan wajahnya terlihat sangat tua, namun kulitnya tidak seperti lansia. Ia memakai masker sambil batuk-batuk. Hanya sendiri, sambil menatap langit-langit. 


Sama, ini sama dengan diriku beberapa tahun lalu, kesakitan, tak berdaya, hanya keluhan yang terlontar


Jangankan minum obat, untuk bangun aja susah”


“Aku benci hidupku. Aku gak salah, apakah aku sependosa itu hingga aku seperti ini?”


“Tuhan gak adil!”


Denyut keluhan itu bahkan sampai menggiringku untuk mengakhiri hidup.


.................................................................................................................................................................................


Hi pembaca, perkenalkan Aku Rani, seorang anak remaja sekaligus penyintas TBC dan gizi buruk.


Aku hanya seorang anak dari orang tua tunggal, ayahku telah meninggal, ibuku tidak bekerja karena beliau lumpuh.


Hidupku hanya bergantung dari tetangga yang bermurah hati memberikan makan, itupun tidak rutin.


Kami tinggal di sebuah gubuk seukuran 1 petak tanpa kamar mandi dan dapur. Kebutuhan air hanya dari sungai yang ada di belakang rumahku.


Terlihat miris, tapi ya bagaimana lagi, episode hidup yang harus aku lalui memang begitu.


Sejak kecil aku jarang diberikan makanan seperti anak pada umumnya.

Mau minta tetangga tapi gak berani, hanya menunggu mereka datang.


Pandemi covid-19 pun memperburuk keadaanku

Satu-satunya orang yang ada di sampingku, ibuku meninggal dunia


Aku sangat terpukul.

Di umurku yang saat itu baru belasan tahun sudah harus menyandang gelar Yatim Piatu


Aku hanya semakin akrab dengan  sedih,  bertumpu di atas alas tikar rumahku


Suara udara terdengar sayup, tak ada orang yang datang untuk berbagi makanan


Sepertinya dunia sedang sibuk dan takut tertular covid-19



Hingga suatu hari aku benar-benar tidak bisa bangun dari tikarku


Aku sangat amat lapar, tapi tidak bisa makan dan minum


Batuk ku juga semakin menggebu - gebu tanpa henti,, sepertinya tertular covid seperti ibu 


Namun, tidak ada yang menolong, bahkan sekedar lewat pun tidak ada


Di siang hari aku mendengar ada suara jejak kaki yang ada di belakang rumahku, dengan lirih aku bersuara


“Tolong…. tolong….tolong”


Aku sangat lemah sekali, mungkinkah suaraku terdengar?


Tolong….”


Tok… tok… tok…


Ran…. Ran….” suara seorang perempuan yang kukenal mengetuk pintu


Namun pintu tak ku kunci 


Ran ibu masuk ya ndok…”


Aku hanya bisa menatapnya kosong dan Ia berlari ke arahku sambil memanggil manggil namaku


Lalu gelap


.................................................................................................................................................................................


Guncangan kecil membangunkanku


Aku sedikit kaget tapi seperti tak bisa berekspresi


Ternyata ada alat oksigen di hidungku dan jarum infus di tanganku


Ibu Aminah tetanggaku ada di samping dan beliau bertutur lirih 


Ndok… kamu gk apa? Kata dokter kamu ngalami gizi buruk dan pas dicek covid kamu negatif”


Aku hanya bisa mengangguk pelan dan bernapas sedikit lega


Beberapa hari kemudian tubuhku sudah tidak pakai oksigen dan bisa mulai berbicara walaupun dengan suara kecil. 


Bu Aminah masih menunggu sebagai pendampingku


Bu Aminah, terima kasih banyak…” ucapku pelan


Sampai disitu aku hanya bisa batuk-batuk. Dokter pun memintaku untuk rontgen dada.


Ternyata bukan covid, tapi TBC.


“Rani… kamu TBC. Ibu akan minta bantuan lurah untuk pengobatanmu ya”


Bu Aminah adalah tetanggaku yang ternyata juga kader TBC di desa.


.................................................................................................................................................................................


Aku masih sangat lemah sampai akhirnya Bu Aminah datang bersama lurah.

Ia melihatku sambil menatap iba.


Akhirnya aku dibawa oleh Bu Aminah ke rumahnya dan aku dirawat di sana. 


Penyakit ini sangat berat bagiku.


Aku gak enak tinggal di rumah orang, diberi makan, diberi obat setiap hari tanpa balas apapun yang bisa kuberi


Pernah suatu hari aku sangat frustasi

Bu aminah tidak di rumah dan aku menangis tersendu-sendu


Aku benar-benar ingin ikut ibu dan ayahku

Aku tidak ingin hidup seperti ini


Tubuhku hanya tulang berbalut kulit

Ditambah sakit TBC yang membuatku tak kuat bernafas


Tak ada keluarga, bahkan makan pun aku tak ada


Bagaimana aku bisa hidup kalau bangun pun tak bisa?


Sesekali kuceritakan perasaanku ke Bu Aminah


Bu Aminah menangis dan mengelus kepalaku


Nduk… Allah maha baik. Kamu diuji seperti ini karena Allah sayang kamu. Tolong bertahan. Ibu disini bantu kamu”


Sedikit kaget mendengarnya karena ternyata Bu Aminah berhati mulia.


Akupun ada semangat hidup dan mulai menikmati prosesnya.


Aku harus menjalani pemulihan gizi terlebih dahulu dan sangat lama. Dua tahun lamanya.


Lalu aku diberi obat TBC selama setahun.


Hingga akhirnya tubuhku berisi, sakit TBC pun hilang dari tubuhku


Bu Aminah tetap mengangkatku sebagai anak asuhnya.


.................................................................................................................................................................................


Sampai saat ini aku telah dewasa


Aku tetap menjadi anak asuh Bu Aminah, namun saat ini aku merantau menjadi seorang pekerja di kota besar.


Aku setiap tahun mendapat medical check up oleh kantorku dan sekarang sedang melihat perempuan duduk di depanku.


Aku berharap perempuan itu tak senasib denganku.


Tak alami TBC dan gizi buruk. 


Karena TBC dan gizi merupakan 2 hal yang tidak bisa terpisahkan. Gizi yang cukup merupakan fondasi kehidupan untuk terhindar dari TBC. Atau seorang yang TBC harus mendapatkan gizi yang cukup agar cepat pulih. Sehingga kita benar - benar bisa merayakan hari pangan tanpa duka.


Apapun yang terjadi pada perempuan di depanku, semoga Ia baik-baik saja.


5 Komentar


The Mount Vernon handyman services are fantastic for quick home fixes. New Rochelle renovation contractors built my custom cabinets. Tarrytown home maintenance company installed new tiles, and Hastings-on-Hudson repair pros did perfect drywall finishing. Professional carpet cleaning NJ PA, floor waxing, and move-out cleaning West Chester are highly reliable.

Suka

Impressed with All Around Plumbing Works for quick faucet installation. Brush Masters Painting Inc. gave perfect color finishing. Junk removal team was punctual. Dryer vent cleaning company improved airflow. CMS electricians did a safe upgrade. Garage technicians in Paradise were efficient.

Suka

Fantastic bathroom plumbing company for repairs! Interior painting specialists added new life to my home. Junk cleanout services were punctual. Dryer vent repair professionals did thorough cleaning. Electrical service upgrades enhanced safety. Garage technicians and Paradise repair experts handled everything perfectly.

Suka

 I had an amazing experience with Fast Drywall Patch and Repair in Cedar Hill, Texas. The service was quick and affordable! During my trip, I also enjoyed the meals from Affordable private jet catering in San Diego. For home upgrades, Local flooring installers in Hancock Park did a perfect job. Love the results from hair repair chemical treatment in Sunnyvale, CA. If you’re in construction, best drill rig services Reno-Tahoe is worth checking out. Businesses can rely on commercial office painting Fort Lupton, CO and Expert CFO Advisory in Fort Worth, TX for top-quality results.

Suka

Online courses demand focus, regular participation, and timely submissions—elements that can be difficult to maintain alongside other responsibilities. Many students struggle to balance work, studies, and personal obligations, prompting them to explore ways to manage academic workloads effectively. When considering the idea to pay someone to take my online class, learners often turn to MyAssignmenthelp for structured academic assistance that helps them maintain consistency and meet deadlines. Such collaboration allows students to stay aligned with course objectives, enhance understanding of digital learning practices, and ensure steady academic performance without falling behind in their online education.

Suka

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Klinik JRC-PPTI, Jl. Sultan Iskandar Muda No.66A Lt 3, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Telp: +62 852-8229-8824

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page